SOLOPOS.COM - Bangunan Masjid Cipto Mulyo yang berusia 119 tahun di Pengging, Banyudono, Boyolali, Senin (18/3/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Suara azan panggilan Salat Asar mengumandang di Masjid Cipto Mulyo, Dukuh Ngaliyan, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Senin (18/3/2024) sore. Beberapa orang yang tiduran di serambi masjid bergegas mengambil air wudu di sisi selatan masjid.

Sebagian lainnya baru datang ke masjid untuk salat. Salah satu pria lanjut usia berpeci warna putih juga baru datang. Jalannya sudah sedikit membungkuk tapi langkahnya mantap menaiki tangga masjid. Rumahnya di sebelah barat Masjid Cipto Mulyo.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Pria lansia tersebut adalah ketua takmir Masjid Cipto Mulyo, Achmadi Harjono. Seusai salat, ia menyempatkan berbincang dengan Solopos.com yang berkunjung ke masjid tersebut pada Senin sore.

Ia menceritakan Masjid Cipto Mulyo di Pengging, Boyolali, didirikan oleh Paku Buwono (PB) X pada Selasa Pon, tanggal 14 Jumadil Akir 1838 Je atau 1905 Masehi. “Usianya sudah satu abad lebih, sudah 119 tahun,” kata laki-laki 82 tahun tersebut kepada Solopos.com di serambi masjid.

Achmadi mengatakan penamaan masjid itu memang tidak seperti umumnya masjid lain yang kerap menggunakan bahasa Arab. Masjid tersebut diberi nama dalam bahasa Jawa. Achmadi menjelaskan cipto memiliki arti diciptakan dan mulyo artinya agar mulia. “Masjid ini dipakai untuk ibadah supaya yang ibadah mendapatkan kemuliaan dunia dan akhirat,” jelas dia.

Meski sudah berusia tua, bahkan disebut-sebut sebagai salah satu masjid tertua di Boyolali, Masjid Cipto Mulyo tak pernah sepi karena merupakan masjid wisata. Banyak orang berkunjung untuk beribadah atau sekadar istirahat di serambi, mengerjakan tugas sekolah, belajar TPA, dan aktivitas lainnya.

5 Pintu Masuk

Achmadi mengaku bersyukur karena masjid yang selalu ia sambangi sejak kecil semakin ramai. Lelaki tersebut mengamini Masjid Cipto Mulyo di Pengging, Boyolali, semakin ramai dari tahun ke tahun. Saat ia kecil, masjid hanya dikunjungi warga sekitar.

Sedangkan saat ini, masyarakat dari kecamatan lain bahkan kabupaten/kota lain berdatangan ke masjid tersebut. Sejak setahun yang lalu, Masjid Cipto Mulyo juga telah dilengkapi jaringan Wifi. Achmadi mengatakan hal tersebut untuk mendekatkan masjid kepada anak muda.

Mengenai benda-benda bersejarah di masjid tersebut, Achmadi mengatakan ada beberapa yang merupakan peninggalan PB X, seperti beduk, kentungan, tiang, pintu, dan mimbar.

Masjid Cipto Mulyo Pengging Boyolali
Jemaah melaksanakan dengan arag kiblat serong ke kiri di Masjid Cipto Mulyo yang berusia 119 tahun di Pengging, Banyudono, Boyolali, Senin (18/3/2024). (Solopos/Ni’matul Faizah)

“Di sini ada lima pintu masuk, memiliki makna salat wajib lima waktu dan rukun islam juga ada lima. Jadi lima pintu tersebut digunakan untuk pengingat dan sehari-hari digunakan keluar-masuk orang salat,” kata dia.

Ia menjelaskan Masjid Cipto Mulyo Pengging, Boyolali, sudah mengalami beberapa kali renovasi. Achmadi menyebut tembok juga telah direnovasi dari awalnya hanya batu bata menjadi marmer. Sedangkan atapnya yang dulu menggunakan sirap kayu kini diganti asbes karena kondisi atap sirap kayu bocor dimakan usia.

“Lantai sewaktu simbah saya itu masih jubin semen, lalu diganti keramik. Kemudian, diganti oleh pemerintah dengan marmer. Waktu itu tiba-tiba diganti oleh pemerintah, ragat [biaya] kami tidak tahu. Tiangnya masih asli,” kata dia.

Kiblat Serong Kiri

Keunikan lain di masjid itu, menurut Achmadi, yaitu kiblat yang serong ke kiri. Biasanya arah kiblat masjid serong ke kanan. Penyebabnya karena bangunan masjid meluruskan jalanan di depannya yang membentang ke tenggara.

Ia mengatakan Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Tengah memberikan prasasti mata angin atau kompas untuk membantu menentukan kiblat jemaah saat salat. “Sebelum ada kompas, untuk meluruskan kiblat kami memakai benang yang dikaitkan dari dinding kanan ke kiri,” tawa dia.

Pada Ramadan tahun ini, Achmadi mengatakan kegiatan di Masjid Cipto Mulyo, Pengging, Boyolali, antara lain TPA, pembagian takjil, tadarus, tarawih, salat lima waktu, dan sebagainya.

Sementara itu, salah satu warga Colomadu, Karanganyar, Muhammad Ngalimin, menyampaikan hampir setiap hari ia beristirahat dan salat di Masjid Cipto Mulyo. Ia menilai suasana Masjid Cipto Mulyo sangat teduh dan dingin.

Sehingga, ia yang bekerja sebagai tenaga pemasaran produk atau salesman suka istirahat dan salat di tempat tersebut. Ngalimin juga mengaku merasa tenang saat salat dan beristirahat di Masjid Cipto Mulyo. Terlebih, Masjid Cipto Mulyo telah dilengkapi jaringan Wifi yang membantunya bekerja.

“Apalagi ini saat puasa seperti ini, saya kerja panas-panasan lalu berteduh di sini enak sekali. Dibanding masjid lain, di Cipto Mulyo juga lebih leluasa kalau mau goleran karena banyak yang istirahat juga,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya