SOLOPOS.COM - Tiga makam kecil di kawasan Baluwarti, Solo, Jumat (3/7/2020). (Detik.com)

Solopos.com, SOLO – Tiga makam tanpa nama yang berjajar di pertigaan RT 003/RW 002, Kampung Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, ternyata telah berusia sekitar 100 tahun. Makam tersebut milik tiga bayi yang meninggal akibat hanyut di sungai.

Cerita itu disampaikan Wulastri, warga yang tinggal di seberang makam ketiga bayi tersebut. Dia mengatakan ketiga bayi itu tidak hanyut dalam waktu bersamaan. Cerita itu didapat Wulastri dari ayahnya, Cokrodipuro.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Dulu kan ini sungai, Jl. Kalilarangan itu sungai. Ketiganya bayi hanyut di sungai. Tapi tidak dalam waktu bersamaan,” jar Wulastri, seperti dilansir Detik.com, Sabtu (4/7/2020).

Meski tidak ada nama yang tertulis di pusara tersebut, warga sekitar ternyata tahu siapa bayi yang dimakamkan di sana. Ketiganya bernama Nggoro Kasih, Den Bagus Kintir, dan Mbok Roro Setu.

“Namanya Nggoro Kasih, Den Bagus Kintir, dan Mbok Roro Setu. Tapi tidak ditulis di makam,” sambung dia.

Pesanggrahan Prabu Brawijaya V dan Asale Dusun Majapahit di Sambungmacan Sragen

Wulastri menambahkan, awalnya makam yang terletak di Baluwarti, Solo, kawasan Keraton Kasunanan Surakarta itu hanya berupa tanah rata. Sampai akhirnya sang ayah membangun kijing di tiga makam itu sekitar 1966 silam.

“Dulu masih rata dengan tanah. Dilewati orang, diinjak. Bapak saya kan kejawen, dapat bisikan disuruh memperbaiki makam,” sambung Wulastri.

Kementan RI Bikin Kalung Anti-Corona, Apa Fungsinya?

Kesurupan

Sewaktu ayah Wulastri masih hidup, warga sempat ingin memindahkan makam karena mengganggu jalan di kampung Baluwarti, Solo. Namun, akhirnya dibatalkan karena khawatir terjadi hal buruk.

"Saat mau dipindahkan, bapak saya bilang silakan tapi tidak tanggung jawab kalau terjadi apa-apa. Karena saat bikin kijing ini saja, keluarga tukangnya langsung kesurupan," ujar Wulastri.

3 Makam di Pertigaan Jalan di Solo Ternyata Milik Bayi Tenggelam, Ini Identitasnya

Akhirnya makam di pertigaan jalan di Solo itu dibiarkan dan sering didatangi peziarah sampai saat ini. Setiap hari Wulastri yang berusia 70 tahun itu membersihkan makam tersebut.

“Yang nyekar itu dari luar kota. Ada yang dari Surabaya, Wonogiri. Mereka tidak ada hubungan keluarga. Setiap hari saya yang bersihkan, nyapu. Kadang kalau malam Jumat ada yang ziarah,” sambung dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya