SOLOPOS.COM - Sejumlah produk UMKM Jateng di kantor Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jateng, Rabu (24/8/2022). (Solopos/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO — Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah, Ema Rachmawati mengatakan kontribusi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Jawa Tengah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah cukup besar. Salah satunya, sektor UMKM menjadi salah satu yang tidak banyak memberhentikan karyawan.

Padahal, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat menjadi narasumber webinar BPK, Kamis (17/6/2021) pernah menyampaikan, saat pandemi Covid-19, sedikitnya 440 perusahaan di Jawa Tengah babak belur sepanjang 2020.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Dari jumlah perusahaan itu, sekitar 65.874 pekerjanya terdampak. Bahkan 11.438 pekerja di antaranya harus jadi korban PHK dengan 36.132 orang lainnya harus dirumahkan.

“Kalau melihat [ketangguhan] sangat pesat. Misal waktu pandemi banyak PHK. Mau tidak mau [UMKM] tetap harus hidup. Mereka juga tidak memberhentikan karyawan,” kata Ema saat berbincang dengan Solopos, Rabu (24/8/2022).

Ipang Production, salah satu UMKM di Kabupaten Magelang yang bergerak dalam bidang konveksi dan percetakan tidak pernah merumahkan karyawannya saat masa sulit pandemi Covid-19. Hal itu disampaikan oleh Owner Ipang Production, Apsasi Annisa Romas saat berbincang dengan Tim Ekspedisi Solopos Media Group (SMG).

“Karyawan tetap saya bayar full. Tidak ada yang saya berhentikan selama pandemi kemarin,” kata Anisa.

Baca Juga: Ekspedisi UMKM 2022: Menggali Inspirasi dari 12 UKM Tangguh di Jateng 

Padahal kala pandemi Covid-19 melanda, omzet Ipang Production yang semula Rp150 juta turun drastis 50 persen. Namun, Anisa memberikan jaminan tak akan memberhentikan satu pun karyawannya. “Omzet menurun 50 persen, sementara karyawan enggak ada yang saya liburkan,” imbuh dia.

Berbekal kain sisa bahan produksi mereka, Anisa berinisiasi untuk membuat masker kain. Saat itu menurutnya, masker wajah dan masker medis cukup sulit didapat. Akibatnya, banyak masyarakat memilih masker kain menjadi medium protokol kesehatan mereka. Anisa kemudian mengajak karyawannya untuk memproduksi masker kain. Dari situ, ia menjual masker-masker tersebut melalui WhatsApp grup yang ia punya.

Tak disangka, pendapatan dari hasil berjualan masker kain itu justru mampu membuat pendapatan Ipang Production naik.

“Waktu itu kita berfikir [untuk bangkit], Kayaknya saya tidak bisa terus seperti ini. Setelah itu karena ada banyak sekali kain sisa, akhirnya kita buat masker. Kita ada order masker itu sangat membantu,” jelas dia.

Baca Juga: Jaga Eksklusivitas, Batik Tulis Gunung Kendil Raih Omzet Puluhan Juta Rupiah

Bertahan di tengah pandemi Covid-19 dan tidak merumahkan karyawannya satu pun, juga berhasil dibuktikan oleh UMKM Anindya Batik Difabel Semarang. Sebuah UMKM yang bergerak di bidang sosiopreneur tersebut nyatanya mampu mempertahankan seluruh karyawannya. Bahkan pemilik Anindya Batik Difabel, Lisa Farida menyebut ia banyak menerima karyawan baru saat pandemi Covid-19.

“Saat pandemi itu justru pegawai saya banyak, mereka banyak keluar dari perusahaan, ya sama-sama tuna rungu. Mereka bilang saya mau ikut kerja, tapi mereka kan belum punya skill menjahit,” kata dia kepada Tim Ekspedisi SMG.

Pandemi Covid-19 menjadi satu hal yang mengakibatkan usaha konveksinya cukup terpuruk. Tak ada pameran pakaian, serta beberapa aktivitas publik dibatasi. Padahal sebagian besar penjualan Anindya Batik Difabel datang dari pameran.

Lisa merasa ia tak mungkin menolak para difabel itu untuk bergabung dan bekerja bersamanya. Sementara beberapa dari mereka adalah korban PHK. Namun tak disangka, pandemi Covid-19 pun menjadi berkah tersendiri baginya. Masker kain menjadi salah satu penolong Anindya Batik Art.

“Pas pandemi kami terbantu dengan penjualan masker [kain]. Jadi sisa kain yang tadinya saya simpan, tadinya saya mau bikin craft, tapi hikmahnya jadi saya bikin masker. Saya kirim [ke customer], mereka tinggal ceklis. Sehari jualan masker saat pandemi pernah Rp2 juta,” kata Lisa.

Berbekal omzet masker kain tersebut, seluruh karyawan difabel baru yang datang ke Anindya Batik Difabel diberi pelatihan gratis. Dari situ lah mereka bersama mulai bangkit dari hajaran pandemi Covid-19. Produktivitas Anindya Batik Difabel pun kembali normal. Mereka bisa menggarap pesanan hingga seribu lebih potong pakaian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya