SOLOPOS.COM - Kondisi Pasar Sampahan di Joho, Prambanan, Kamis (25/6/2020/2020). (Solopos-Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN -- Lahan bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Joho, Kecamatan Prambanan, Klaten, kini berubah menjadi arena jual beli yang dinamai Pasar Sampahan.

Beberapa warga setempat yang mengawali berdirinya Pasar Sampahan Klaten merupakan para pedagang di kompleks Taman Wisata Candi (TWC) Prambanan yang kehilangan mata pencaharian di tengah pandemi Covid-19.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Terdapat empat warga Joho yang kehilangan pekerjaan sebagai penjual karena TWC Prambanan ditutup, yakni Wahyuni, Yayin, Rina, dan Sri Suparmi.

Mengungkap 6 Manfaat Menyumbangkan Darah Bagi Kesehatan

Di tengah kebingungan itu, warga Joho itu nekat mendirikan kios seluas 2 meter X 3 meter di lahan bekas TPA Joho Klaten. Salah satu pedagang yang beroperasi di Pasar Sawahan, yakni Sri Suparmi, sebelumnya berjualan es campur di TWC Prambanan.

"Setelah TWC Prambanan ditutup, saya tidak ada pendapatan lagi. Saya sudah berjualan es campur di sana sejak enam tahun terakhir. Lalu 10 hari menjelang Bulan puasa, saya buka kios di sini," kata Sri Suparmi, 42, Kamis (25/6/2020).

Sri Suparmi mengatakan lokasi Pasar Sampahan sangat strategis karena sering dilintasi pengguna jalan.

"Di sini sudah tidak bau. Soalnya bekas lahan di sini sudah kering. Saya akan berjualan di sini terus sementara waktu. Tiap hari, omzet saya di sini senilai Rp300.000. Jika TWC Prambanan sudah dibuka untuk masyarakat umum, kios yang di TWC juga tetap ditempati. Di sana ada adik saya nantinya," katanya.

UTBK SBMPTN 2020 Digelar 2 Gelombang, Ini Tanggalnya

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, eks TPA Joho berada di lahan milik Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU PR) Klaten.

TPA yang difungsikan sejak 2002 itu ditutup di tahun 2015 karena volume sampah sudah overcapacity. TPA tingkat kabupaten lalu dipindah ke Troketon, Kecamatan Pedan.

Ramai Dikunjungi Warga

Kepala Desa (Kades) Joho, Kecamatan Prambanan, Klaten, Yulis Tanto, menjelaskan Pasar Sampahan bermula dari keinginan warga yang memanfaatkan bekas TPA di desanya.

"Awalnya, yang berjualan di sini satu orang. Lama-lama menjadi banyak. Semua warga Joho. Jumlah kios yang sudah berdiri ada 50 kios [kios yang aktif]. Warga yang antre mendirikan ingin mendirikan kios berkisar 150-an orang," katanya menjelaskan soal Pasar Sampahan.

Update Covid-19 Dunia: Jumlah Kasus Positif Hampir Sentuh 10 Juta

Yulis Tanto mengatakan Pasar Sampahan ramai dikunjungi warga di hari Minggu dan menjadi tempat penjualan sepeda tiap pasaran Kliwon.

"Di Pasar Sampahan, rata-rata berjualan kuliner. Seperti soto, satai, minuman, dan lainnya," katanya.

Yulis Tanto mengatakan pihaknya sudah menyosialisasikan lahan di kompleks Pasar Sampahan milik DPU PR Klaten.

"Fasilitas di situ memang belum komplet. Perlu dilengkapi dengan toilet. Pemdes tidak bisa membangun karena lahan milik DPU PR Klaten. Itu bukan kewenangan kami. Terlepas dari hal itu, terus terang kondisi di sini jadi ramai dengan adanya Pasar Sampahan itu," katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya