SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Hari Minggu 3 Januari 2010 ini umat Katolik sedunia merayakan ekaristi dalam rangka Hari Minggu Anak Misioner Sedunia ke-167 dengan tema Kami Telah Melihat Bintang-Nya… ” (Mat 2:2).

Sementara itu sebagai umat Allah Keuskupan Agung Semarang kita diajak untuk membuka Tahun 2010 sebagai Tahun Syukur atas macammacam hal antara lain: syukur atas 70 tahun Keuskupan Agung Semarang (KAS). Hari Raya Penampakan Tuhan mengajak kita mengalami kehadiran/penampakan Tuhan dan mengajak kita menampakan  Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari.

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Ada baiknya pada kesempatan awal Tahun Syukur 2010 ini, kita melihat pokokpokok yang berkembang di KAS. Dari situ kita dapat bertanya diri telah ikut andil dalam hal apa dan sejauh mana? Pengamatan sekilas mengantar kita pada kesimpulan bahwa Keuskupan Agung Semarang (KAS) dalam usia yang ke-70 tahun, tepatnya tanggal 1 Agustus 2010, telah mengalami banyak perkembangan.

Ada 4 pilar perkembangan Gereja KAS yakni: Kelembagaan, Ketokohan, Pedoman atau tata hidup bersama dan Perjumpaan-perjumpaan. Keempat pilar itu saling terkait sehingga saling melengkapi dan menguatkan pertumbuhan dan perkembangan itu sendiri.

Kelembagaan (= hirarki)
Pada tanggal 8 Mei 1807 wilayah Hindia Belanda dijadikan satu kesatuan yakni Prefektur Apostolik Batavia. Tanggal 20 September 1842 Kongregasi de Propaganda Fide di Roma
menetapkan Prefektur Apostolik Batavia menjadi Vikariat Apostolik Batavia. Tahun 1866 Vikariat Apostolik Batavia dibagi dalam 8 stasi yakni: Batavia, Semarang, Ambarawa, Yogyakarta, Surabaya, Larantuka, Maumere dan Padang  dengan jumlah umat Katoliksebanyak 23.543 jiwa.

Perbedaan situasi Jawa Barat dan Jawa Tengah; serta potensi jumlah umat Katolik di Jawa Tengah menjadi alasan didirikannya Vikariat Apostolik Semarang pada tanggal 1 Agustus 1940. Tanggal 3 Januari 1961 Paus Yohanes XXIII mendirikan Hirarki Gereja Katolik Indonesia dengan membagi Gereja Katolik Indonesia menjadi 6 provinsi  (Keuskupan Agung) antara lain KA. Semarang. Perkembangan Umat Allah KAS setelah menjadi Keuskupan tahun 1961 ditopang oleh pemekaran paroki dengan sistem yakni 4 kevikepan. Sedangkan perkembangan paroki atau pengelolaan umat ditopang dengan sistem lingkungan menuju Gereja Basis.

Ketokohan
KAS yang berkembang tidak lepas dari peran para peletak dasar (para tokoh) pada awal berdirinya keuskupan ini. Ketokohan itu nampak dalam diri para pemimpin Gereja Keuskupan yakni para uskup. Yang pasti setiap uskup memberi warna tersendiri bagi perkembangan KAS. Masa penggembalaan Mgr. Alb. Soegijopranoto SJ digelorakan semangat: “Jadilah warga negara Indonesia 100% dan warga Gereja Katolik 100%”. Perjuangan kita adalah perjuangan untuk Gereja dan negara (pro Ecclesia et Patria). Mgr. Yustinus Darmajuwono menggelorakan konsep Gereja mandiri, dengan semboyan sithik ora ditampik akeh saya pikoleh. Dengan kalimat itu beliau mau mengatakan bahwa tidak ada tenaga yang tidak berguna di dalam Gereja;
semua pribadi dapat berperan dalam membangun Gereja. Masa penggembalaan Mgr. Julius Darmaatmaja SJ tahun 1983-1996 ditandai dengan pelayanan kepada umat dengan acuan Arah Dasar
Keuskupan setiap 5 tahun.

Selanjutnya Mgr. I. Suharyo menggulirkan kata-kata kunci antara: Gereja yang hidup, Gereja yang signifi kan secara internal dan relevan secara eksternal, transparansi-akuntabilitas-kredibilitas, penegasan bersama, pelayanan yang murah hati, dan solidaritas. Selain itu ada semboyan wis cobanen yen bener aku melu seneng yen salah dakapura. Ungkapan itu kiranya mau menekankan pentingnya keberanian umat untuk mengekspresikan imannya. Tantangan ke depan bagi KAS adalah usaha agar ketokohan seseorang dapat digantikan oleh ketokohan bersama sebagai tim. Perubahan paradigma berpikir dan bertindak seperti itu melatih diri untuk trampil dalam berkomunikasi dan bekerjasama.

Tata hidup bersama
Bersamaan dengan kehadiran para tokoh pimpinan KAS berkembang pula penataanpenataan yang bermuara pada terbitnya pedoman-pedoman atau tata hidup bersama. KAS berkembang dalam penataan lewat terbitnya pedoman atau tata hidup bersama. Terbitnya pedoman atau tata hidup bersama mengindikasikan bahwa KAS tidak hidup hanya biasabiasa saja tetapi ingin selangkah lebih maju dalam mengatur pelayanan pastoral dan kehidupan umatnya. Lewat penataan-penataan dalam kehidupan menggereja karya Allah direalisasikan. Semakin tertata kehidupan bersama semakin kita memancarkan Allah yang datang membawa keteraturan (bdk. Kej 1)

Perjumpaan-perjumpaan
Pilar keempat yang menopang KAS adalah perjumpaan-perjumpaan para pelayan pastoral di KAS yang semakin berkembang. Dalam perjumpaan-perjumpaan itu disampaikan gagasan-gagasan pengembangan pelayanan. Perjumpaan-perjumpaan antar pribadi tersebut akan membawa perubahan dan perkembangan pribadi dalam kebersamaan. Orang yang pandai mengolah relasi sangat
terbantu dalam karyanya.

Tantangannya bagaimana perjumpaan-perjumpaan itu merupakan saat yang dirindukan dan bukan saat yang dihindari. Memasuki Tahun Syukur KAS 2010 kita dapat bertanya diri apa peran diriku bagi pengembangan umat Allah di parokiku dalam kebersamaan sekeuskupan dalam wawasan 4 pilar perkembangan tersebut. Kita berharap semoga dengan perkembangan yang kita usahakan selama ini, KAS semakin berkembang dalam memancarkan kehadiran Allah di dalam kehidupan bermasyarakat. Selamat memasuki Tahun 2010 sebagai
Tahun Syukur KAS; tahun yang mengajak kita senantiasa bersemangat misioner. Berkat Tuhan menyertai kita semua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya