Solopos.com, KARANGANYAR — Ratusan warga Dusun Dawe, Desa Mojoroto, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar, khusyuk mengikuti bersih dusun pada Jumat (5/8/2022). Warga membawa beraneka ragam hasil bumi dalam bersih dusun di Sendang Bejen tersebut.
Berdasarkan pantauan Solopos.com, ratusan warga berkumpul di tengah dusun sekitar pukul 14.00 WIB. Mereka membawa beraneka ragam hasil bumi. Hasil bumi ini dibungkus janur dan daun jati lalu digendong ibu-ibu dan dikirab menuju Sendang Bejen.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Selain itu ada satu gunungan berisi sayur mayur ikut dikirab yang dimeriahkan dengan atraksi barongsai. Setibanya di Sendang Bejen, hasil bumi diletakkan di pendapa untuk didoakan. Begitu doal selesai, warga langsung berebut gunungan untuk ngalap berkah.
Bersih dusun ini dihadiri juga oleh Bupati Karanganyar, Juliyatmono didampingi Ketua DPRD Karanganyar, Bagus Selo. Ada pula sejumlah pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD). Kegiatan ini sekaligus menjadi acara peresmian Sendang Bejen sebagai desa wisata religi, kebudayaan, dan sejarah.
Baca Juga: Pengunjung Serbu Kolam Renang Sendang Bejen Karanganyar, Air Bertuah?
Kades Mojoroto, Ngatman, mengatakan bersih dusun digelar setelah panen masa tanam (MT) kedua. Aneka ragam hasil bumi yang dibawa warga merupakan wujud rasa syukur mereka.
Lantas kenapa digelar di Sendang Bejen? Sendang ini dianggap memiliki tuah oleh warga setempat. Mereka meyakini air Sendang Bejen memberi keberkahan dan berkhasiat menyembuhkan segala macam penyakit. Bagi mereka yang menginginkan sesuatu diyakini dapat terwujud.
Bupati Juliyatmono mengatakan Sendang Bejen memiliki nilai sejarah peninggalan Raden Mas Said. Dari catatan sejarah, Desa Mojoroto merupakan bagian dari wilayah Praja Mangkunegaran. Di desa ini pula terdapat sumber mata air yang jernih dan mengalir tiada henti. Lokasi sumber mata air ini dikenal dengan Sendang Bejen.
Petilasan Pangeran Sambernyawa
Sendang Bejen diyakini masyarakat sebagai situs petilasan Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa. RM Said kemudian hari menjadi pendiri sekaligus penguasa pertama Kadipaten Mangkunegaran bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I.
Konon, pada masa penjajahan kolonial Belanda, Sendang Bejen juga menjadi persinggahan Pangeran Sambernyawa. Di Sendang Bejen ini pula Pangeran Sambernyawa menyucikan diri dan melakukan semedi serta menyusun strategi dan melatih prajuritnya untuk menggempur balik serdadu musuh.
Baca Juga: Jelang Musim Pemilu, Sendang Bejen Karanganyar Mulai Ramai Pengunjung
Kawasan ini, lanjut Bupati, kini menjadi lokasi wisata. Gapuranya sudah didesain menyerupai bentuk candi. Bupati berharap kepada warga untuk menjaga keberadaan situs bersejarah yang ada.
“Sendang Bejen harus terawat dengan baik. Bisa memberikan berkah bagi warga semuanya,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Dusun (Kadus) Dawe, Suratno, mengatakan air Sendang Bejen selama ini tidak pernah kering sekalipun musim kemarau panjang. Bahkan air Sendang Bejen digunakan juga sebagai sumber air kolam renang di lokasi tersebut.
Menjadi petilasan Pangeran Samber Nyawa, Sendang Bejen juga menjadi objek wisata spiritual. Pengunjung yang datang berasal dari berbagai daerah. Di antaranya dari Sragen, Klaten, dan Wonogiri. Bahkan juga datang dari Ngawi, dan daerah di Jawa Timur lain dan Bali.
Baca Juga: Asale Sendang Bejen Karanganyar Petilasan R.M. Said Atur Strategi Perangi Kompeni
Bukan cuma masyarakat biasa yang datang, ada juga dari kalangan tokoh nasional, pejabat hingga abdi dalem Pura Mangkunegaran.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
