SOLOPOS.COM - Warga berebut hasil bumi selamatan saat bersih desa di Sendang Mbah Meyek, Kampung Bibis Kulon, Kelurahan Gilingan, Banjarsari, Kamis (27/7/2023). (Solopos.com/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SOLO–Warga Kampung Bibis Kulon, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari melakukan pelestarian kearifan lokal dengan menggelar tradisi bersih desa di Sendang Mbah Meyek.

Mereka ingin menghormati cikal bakal kampung sekaligus perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Rangkaian kegiatan tradisi bersih desa di Sendang Mbah Meyek diawali dengan caos dhahar, yakni selamatan di tujuh sumur dan petilasan di Kampung Bibis Kulon. Yakni, Sendang Mbah Meyek, Sumur Mbah Bandung, Sumur Sidomulyo, Sumur Sudranoyo, situs Mbah asem Kaji, petilasan Asem Kandang, dan petilasan Ngepreh. Kegiatan itu dilaksanakan mulai pukul 04.00 WIB.

Kegiatan dilanjutkan dengan menguras Sendang Mbah Meyek dan sumur Mbah Bandung pada pukul 07.00 WIB.

“Saat menguras sendang melibatkan puluhan warga dan pemuda. Mereka menguras sumur secara bergantian. Air sumur diperebutkan oleh warga yang mencari berkah,” kata sesepuh Kampung Bibis Kulon, Dwi Harsanto, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (27/7/2023).

Pria yang akrab disapa Mbah Semar ini menjelaskan menguras Sendang Mbah Meyek memiliki filosofi membersihkan diri. Manusia harus bersih jiwa dan raganya agar diberi keberkahan dan keselamatan oleh Allah SWT.

Tak sedikit warga setempat yang melakukan ritual selamatan di sekitar Sendang Mbah Meyek. Ritual batiniah orang Jawa itu berupa hasil bumi yang didoakan terlebih dahulu.

“Selepas didoakan, warga berebut hasil bumi yang ditata rapi di tempat khusus. Mereka berdoa agar warga Kampung Bibis Kulon selalu diberi berkah,” ujar dia.

Selanjutnya, kirab budaya dilaksanakan dengan mengelilingi wilayah Kampung Bibis Kulon. Para peserta kirab budaya memakai busana tradisional Jawa dan berjalan kaki menyusuri jalan perkampungan.

Seusai acara kirab budaya, rangkaian tradisi bersih desa Mbah Meyek dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit pada malam hari. Pertunjukan wayang kulit itu dengan lakon Wahyu Senopati.

“Lakon wayang kulit yang dipentaskan tidak boleh sembarangan. Harus erat kaitannya dengan wahyu. Ini maknanya pulung atau wujud kelimpahan rahmat dan pencerahan Tuhan kepada manusia,” papar dia.

Sementara itu, seorang panitia Bersih Desa Sendang Mbah Meyek, Tulus mengatakan kegiatan bersih desa dilakukan saat malam Jumat Kliwon pada bulan Sura di sekitar punden Mbah Meyek.

Bagi masyarakat Jawa, malam Jumat Kliwon merupakan hari yang dikeramatkan. Tradisi tersebut juga melibatkan generasi muda kampung setempat.

Hal ini bagian dari edukasi agar mereka juga menjaga dan melestarikan tradisi kearifan lokal yang digelar setiap tahun. “Kegiatan bersih desa Mbah Meyek tahun ini lebih guyub. Ada anak-anak muda yang ikut terlibat,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya