SOLOPOS.COM - Kak Seto (JIBI/Antara/Muhammad Iqbal)

Solopos.com, JAKARTA – Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi (Kak Seto) mengaku dirinya tidak dibayar saat bersaksi untuk terdakwa kasus pelecehan seksual siswi SMA SPI Kota Batu, Malang, Julianto Eka Putra.

Kehadirannya di persidangan, ujar Kak Seto, murni untuk menyampaikan keahliannya di bidang psikologi penanganan anak-anak korban kejahatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Setelah selesai bersaksi ya sudah saya pulang, tidak ada bayaran atau apapun sedikit pun. Saya hanya bersaksi sesuai keahlian saya. Dan memang saya tidak pernah meminta sesuatu untuk keahlian saya,” tandas Kak Seto dalam podcast Youtube CURHAT BANG Denny Sumargo, sebagaimana dikutip Solopos.com, Rabu (13/7/2022) malam.

Kak Seto tidak menampik dirinya bersaksi untuk terdakwa Julianto Eka Putra di Pengadilan Negeri (PN) Malang beberapa waktu lalu.

Namun dirinya yang berinisiatif menawarkan diri dengan menghubungi pengacara Julianto Eka.

Baca Juga: Ternyata, Kak Seto yang Menawari Bersaksi untuk Terdakwa Julianto Eka

Awalnya Kak Seto menghubungi Julianto Eka yang dikenalnya sejak lama. Namun setelah kasus tersebut bergulir ke ranah hukum akses ke Julianto Eka terputus.

“Saya tidak bisa menghubungi. Kebetulan saya kenal baik dengan pengacara terdakwa ini. Makanya saya yang menghubungi, menawarkan diri untuk bisa berbicara sesuai keahlian saya di persidangan,” tambah Kak Seto, mantan Ketua Komnas Perlindungan Anak selama tiga periode sejak 1998 itu.

Kak Seto menegaskan kehadiran dirinya di persidangan dugaan pelecehan seksual terhadap sejumlah siswi itu sebagai ahli di bidang psikologi.

Baca Juga: Tiba-Tiba Ketua Komnas Perlindungan Anak Kecam Kak Seto, Kenapa?

“Saya ingin mengangkat ini dengan segala kejujuran dan kebersihannya. Siapa tahu keahlian saya bisa dimanfaatkan dalam persidangan ini,” imbuhnya.

Saat bersaksi, Kak Seto mengaku banyak ditanya oleh hakim dan jaksa penuntut umum. Pertanyaannya seputar psikologi yang berkaitan dengan anak-anak yang menjadi korban kejahatan.

Tak Dibayar

Ia membantah anggapan di publik bahwa dirinya bersaksi meringankan atau membela terdakwa Julianto Eka.

Baca Juga: Ini Sosok JE, Motivator yang Diduga Cabuli Belasan Siswa

“Saya tegaskan, saya tak pernah membela pelaku kejahatan seksual. Bahkan jika bukti-bukti di persidangan membuktikan terdakwa bersalah, hukum seberat-beratnya. Saya sebagai ahli yang keterangannya netral. Jadi salah sekali disebut sebagai saksi meringankan,” ujar Kak Seto.

Kak Seto menceritakan dirinya memberikan keterangan dalam kapasitasnya sebagai ahli dalam bidang psikologi dan perlindungan anak.

Selain itu, Kak Seto menegaskan kepada hakim bahwa dirinya tidak membela terdakwa.

Baca Juga: Terdakwa Pemerkosa Siswa Pernah di Hitam Putih Deddy Corbuzier

Bahkan ia menyebut apabila terdakwa benar-benar terbukti telah melakukan kejahatan seksual, maka harus dihukum seberat-beratnya sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Di samping itu, ia juga mendorong korban agar diberikan pendampingan psikolog.

“Undang-Undang yang terbaru itu sudah sampai kalau perlu (dihukum) seumur hidup atau bahkan hukuman mati. Jadi memang kalau itu bisa, koruptor aja bisa, narkoba juga bisa, kenapa ini tidak? Itu, kan, merusak masa depan anak-anak,” kata dia.

Baca Juga: Terdakwa Pemerkosa Siswa Pernah di Hitam Putih Deddy Corbuzier

Sebelumnya, Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait mengecam langkah Kak Seto yang bersaksi untuk Julianto Eka Putra.

Arist yang mendampingi korban sejak 2021 menyebut tindakan Kak Seto itu sebagai menggali kubur terhadap citranya selama ini sebagai ikon pelindung anak di Indonesia.



“Itu Bung yang membuat saya marah. Kok bisa-bisanya orang yang bertahun-tahun mencitrakan dirinya sebagai pembela anak tapi untuk kasus predator kejahatan anak, dia berdiri di situ untuk meringankan dan membela terdakwa kejahatan seksual,” ujar Aris Merdeka Sirait saat hadir dalam podcast Youtube Deddy Corbuzier dan dikutip Solopos.com, Selasa (12/7/2022).

Menurut Arist, sikap Kak Seto itu kontraproduktif dengan citranya selama ini yang identik dengan pelindung anak-anak.

Baca Juga: Motivator Julianto Eka Tak Ditahan, Pengacara: Klien Saya Kooperatif

Apalagi, kata dia, Kak Seto pernah juga memimpin Komnas PA sebelum digantikan dirinya pada tahun 2010 silam.

Sebagai orang yang identik dengan perlindungan anak, ujar Arist, tindakan Kak Seto yang bersaksi untuk terdakwa kasus pelecehan seksual sangat ironis.

“Dia diminta oleh pengacara Kojul (Julianto Eka) sebagai ahli di bidang psikologi. Tetapi di persidangan justru mempersoalkan kelembangaan Komnas PA, katanya dibilang tidak legal. Yang ilegal itu siapa? Dan itu tidak ada hubungannya dengan kasus kejahatan seksual. Jadi tidak bisa dibantah lagi, Saudara Seto Mulyadi itu bunuh diri dan menggali lubangnya sendiri,” tandas Arist dengan intonasi tinggi.

Baca Juga: Ketua Komnas PA Debat Sengit dengan Pengacara Motivator Julianto Eka

Seperti diketahui, motivator Julianto Eka Putra yang menjadi terdakwa kasus pemerkosaan sejumlah siswi sekolahnya, SMA SPI tidak menjalani penahanan.

Julianto Eka mendatangi persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Malang dari rumahnya dan kembali lagi sesudah sidang selesai.

Tidak ditahannya motivator sekaligus pebisnis asal Kota Batu, Malang, Jawa Timur ini menjadi sorotan masyarakat karena biasanya tersangka/terdakwa kasus pelecehan .

Namun setelah menjadi kontroversi di masyarakat, Julianto Eka akhirnya ditahan, Senin (11/7/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya