SOLOPOS.COM - Warga menabung sampah melalui Bank Sampah Tasaka saat kegiatan Posyandu bersama di Kelurahan Buntalan, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Layanan kesehatan di Kelurahan Buntalan, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten, terbilang unik. Di sana, warga bisa mendapat pelayanan kesehatan dengan membayar pakai sampah.

Pelayanan kesehatan berbayar sampah tersebut diinisiasi oleh Bidan Kelurahan Buntalan, Tina Farida Moestofa. Dia menggulirkan kegiatan periksa kesehatan di poliklinik kelurahan berbayar sampah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Warga yang ingin memeriksakan kesehatan bisa membayar biaya retribusi senilai Rp3.500 menggunakan sampah yang memiliki nilai jual, seperti botol plastik bekas, kertas, dupleks, hingga kaleng. Aksi itu dilakukan Tina Farida sejak 2016 silam.

Aksi cerdas Tina Farida itu dilakukan untuk membantu mengatasi masalah sampah yang menjadi prioritas Forum Kesehatan Kelurahan (FKK) Buntalan, Kecamatan Klaten Tengah sejak 2013. Anggota FKK Buntalan lantas belajar ke bank sampah di wilayah Klaten untuk mengatasi masalah tersebut.

Viral di Whatsapp, Info Bikin SIM Tanpa Tes di Samsat Solo Dipastikan Hoaks

Selanjutnya, anggota FKK Buntalan mendirikan Bank Sampah Tasaka pada 2014. Sebagai salah satu pengelola Bank Sampah Tasaka, Tina Farida giat menyosialisasikan cara menabung sampah kepada warga, termasuk lewat posyandu yang awalnya tak membuahkan hasil.

“Kemudian dipikir-pikir saya menjadi bidan dan ada kegiatan Posyandu. Melalui Posyandu itu saya lantas mengajak dan mengedukasi warga agar mereka bisa tertarik dengan kepedulian sampah mereka,” kata Tina Farida saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (20/2/2020).

Lambat laun program yang digulirkan Tina Farida bersama Bank Sampah Tasaka itu membuahkan hasil. Warga membawa sampah ketika mendatangi poliklinik untuk memeriksakan kesehatan mereka. Meskipun tak semua warga memilih membayar lantaran tak ingin repot membawa sampah ke poliklinik.

Sejumlah warga juga berbondong-bondong membawa sampah setiap mengikuti kegiatan posyandu balita serta lansia. Bahkan ada yang menabung sampah dan dimasukkan ke rekening pribadi mereka. Ada pula yang menabung sampah untuk sekadar bersedekah dan hasilnya masuk ke rekening posyandu.

Bukan Begal, Ini yang Paling Ditakuti Pengendara Mobil Zaman Dulu

“Pernah pada kegiatan di satu Posyandu lansia itu bisa menabung 10 kg sampah dalam sehari. Di Polindes itu pernah dalam sebulan terkumpul sampah hampir 15 kg dari sampah dupleks, kardus, plastik, serta kaleng,” kata Tina Farida.

Sampah yang ditabung melalui kegiatan posyandu serta polindes itu dikumpulkan di bank sampah. Ketika sampah sudah menumpuk, pengelola Bank Sampah Tasaka menjualnya dan hasilnya dibagi ke para nasabah.

“Hasil dari sampah yang ditabung di posyandu itu bisa digunakan untuk kegiatan pemberian makanan tambahan balita serta pembiayaan kelas ibu hamil atau balita,” kata Tina Farida.

Tina Farida tak menampik belum semua warga termasuk yang berkegiatan di posyandu berminat menjadi nasabah bank sampah hingga kini dengan berbagai alasan. Namun, Tina Farida tetap berupaya menggaet warga agar bersedia membawa sampah bernilai jual saban kegiatan posyandu digelar. Begitu pula dengan kampanye mengurangi sampah.

Nekat Susur Sungai Sempor, Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Sleman: Kalau Mati di Tangan Tuhan

“Tujuan utama kami bukan pada berapa banyak sampah dikumpulkan. Kami ingin muncul kesadaran untuk mengelola sampah,” kata Tina Farida.

Petugas Administrasi Bank Sampah Tasaka, Marsiyam, mengatakan saat ini Bank Sampah Tasaka memiliki 132 nasabah. Selain dari peserta Posyandu, lembaga, serta warga di Buntalan, nasabah bank sampah juga berasal dari SMAN 1 Klaten.

Prabowo Subianto Kandidat Terkuat Capres 2024

“Sampah yang sudah menumpuk selama tiga bulan kami pilah dan kami keluarkan. Sebelum kami menjual, kami survei dulu harga dari satu pengepul agar bisa mendapatkan harga tinggi,” kata Marsiyam.

Salah satu warga Buntalan, Bambang Irawan, 61, mengaku sudah menyedekahkan sampah laik jual di rumah tangganya saban kegiatan posyandu digelar.

“Tentunya saya mendukung karena juga setiap hari di rumah ada sampah. Ketika sudah terkumpul daripada bingung dibuang kemana lebih baik saya sedekahkan di bank sampah melalui kegiatan posyandu,” kata warga Kampung Gemolong, Kelurahan Buntalan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya