SOLOPOS.COM - Wisatawan berkunjung untuk menikmati kemolekan puncak Merapi di kala langit cerah.(Istimewa/Kominfo Klaten)

Solopos.com, KLATEN-- Wilayah Kecamalang, Klaten tidak saja menjadi penghasil pasir Merapi atau sayur mayur segar saja.

Seiring menjamurnya kuliner di sekitar kawasan wisata, warga sekitar Merapi kini mulai tertarik menanam tanaman kopi untuk memasok kebutuhan kedai-kedai kopi yang kian ramai diminati wisatawan yang berkunjung untuk sambil menikmati kemolekan puncak Merapi di kala langit cerah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti diungkapkan petugas Dinas Kominfo Klaten Joko Priyono dalam rilis yang diterima Solopos.com, tiga desa di kawasan rawan bencana seperti Sidorejo, Tegalmulyo dan Balerante maikin bergairah menanam kopi. Dari waktu ke waktu penggemar minuman bercita rasa tinggi terus bertambah.

Baca Juga: Simpan 8.800 Ton, Bulog Surakarta Jamin Stok Beras Aman Hingga 6 Bulan Ke Depan

Apalagi jika cuaca cerah, meneguk kopi dark jenis robusta atau rabika sambil menikmati pesona Merapi dijamin bakal menghadirkan kebahagiaan tersendiri. Sri Widagdo sebagai Sekretaris Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten mengaku di desa sejumlah warga mulai tertarik menanam budidaya kopi.

Selain iklim dan cuacanya cocok, biji kopi yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan kedai-kedai kopi di sekitar Merapi dan buah tangan.
“Sidorejo sendiri ada 50 petani yang menanam kopi jenis robusta. Kira-kira ada 1.000 batang kopi ditanam di Sidorejo baik di pekarangan atau di tegal.

Kebanyakan warga di sini adalah pertenak sapi dan petani sayur, selain aktifitas penambangan pasir” jelasnya kepada Tim Pemberitaan Dinas Kominfo saat mendampingi program digitalisasi arsip warga melalui program Titip Bandaku di desanya Rabu (24/3/2021).

Baca Juga: Dinilai Daerah Potensial, Garuda Indonesia Cargo Jemput Bola Di Klaten Selatan

Melihat Puncak Merapi

Di a mengatakan di desa sudah ada dua kedai kopi yang dikelola oleh warga. Biar pun belum bisa rutin tiap hari, tapi setiap Sabtu dan Minggu banyak wisatawan Solo, Yogyakarta, atau Klaten sendiri yang berkunjung untuk menikmati kopi sambil melihat puncak Merapi.

“Ada kedai Kopi Petruk dam satunya saya lupa.Kebetulan kedai Kopi Petruk ini dikelola kakak saya sendiri di Dukuh Bangan, Sidorejo. Kalau ke sini bagus pagi sebelum jam 09.00 WIB atau sore hari sebelum turun kabut seperti musin hujan sekarang ini. Kalau pas beruntung cuaca cerah, melihat Merapi sambil ngopi sangat luar biasa” ungkapnya.

Desa Sidorejo sendiri punya agenda wisata Wulupawetu yang biasa digelar menjalang turunnya bulan Ramadan. Harapannya acara wisata itu bisa menarik kunjungan wisata.

“Semoga Covid-19 semakin terkendali. Desa Sidorejo dengan Bundes Sukadana mencoba memperkuat infrastruktur wisata di desa. Ada kopi dark atau medium dalam kemasan sebagai oleh-oleh, sayuran, wisata alam, kearifan budaya Merapi sampai homestay coba kami rintis. Hanya satu kendalanya, akses jalan menuju Deles Indah Desa Sidorejo belum memadai,” ungkapnya.

Baca Juga: Disita Saat Operasi Masker, 94 KTP Ngendon Di Satpol PP Klaten

Suprihatin, 45, perempuan warga Bangan, Sidorejo, Kemalang, Klaten tampak bergegas membawa dokumen penting miliknya ke halaman rumah Sukiman di dekat rumahnya.

Begitu mendengar informasi dari perangkat pemerintah desa setempat bakal ada program digitalisasi arsip warga untuk alih media, ibu tiga anak yang juga berprofesi sebagai petani hortikultural di kawasan rawan bencana Gunung Merapi itu, sedari pagi sudah menunggu kedatangan petugas Dinas Arsip dan Perpustakaan Klaten yang akan melaksanakan program Titip Bandaku.

“Tadi warga dapat informasi dari Pak Carik [sebutan Sekretaris Desa] bahwa akan ada program penyelamatan arsip vital milik warga.Kebetulan rumah saya hanya berjarak 4,5 km dari puncak Merapi.Kami untuk berjaga-jaga juga agar dokumen penting milik kami diselamatkan. Infonya akan dialih - mediakan begitu” tutur Suprihatin di sela-sela antre menunggu layanan petugas kepada Tim Pemberitaan Dinas Kominfo Klaten.

Baca Juga: Hebat! Seniman Klaten Sulap Pecahan Keramik Jadi Mozaik Bergambar Tujuh Presiden RI

Dia mengaku telah menyiapkan dokumen seperti KTP, Kartu Keluarga, ijazah, surat nikah, BPKB dan sertikat. Demi menyambut kegiatan Dinas Arsip dan Perpustakaan Klaten, Suprihatin rela tidak pergi ke sawah.

“Saya petani sayur dan hortikultural. Tanaman cabe, kol, tomat dan lancang tumbuh baik di Sidorejo. Tapi demi menyelamatkan arsip kami, kami tidak ke sawah. Kami sangat terbantu dengat kegiatan penyelamatan arsip ini. Terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Klaten” tambahnya.

Baca Juga: Burjo Bar Mas Al Ikatan Cinta Di Sleman Ini Diserbu Ibu-Ibu

Terkait hasil pengalihan media di Sidorejo, Kemalang Kepala Bidang Kearsipan Dinas Arsip dan Perpustakaaan Klaten Rinto Patmanto menjelaskan pelaksanaan program Titip Bandaku sengaja diperluas.Desa sekitar Merapi sebagai kawasan rawan bencana menjadi prioritas.

“Pelaksanaan digitalisasi arsip di Bangan, Sidorejo, Kemalang ini adalah pengembangan sasaran inovasi Titip Bandaku. Kemarin kami menyelesaikan di Desa Balerante. Kini tim bergerak ke Sidorejo. Hari ini [Rabu ] ada 22 kepala keluarga yang dapat kami layani. Hasil rekap petugas ada 200 berkas dokumen yang berhasil dialih-mediakan” ungkap Rinto.

Program Titip Bandaku menjadi inovasi kreatif Pemkab Klaten melalui Dinas Arsip dan Perpustakaan Klaten untuk melindungi arsip vital milik warga kawasan rawan bencana. Arsip vital warga itu dialih-mediakan dan disimpan sebagai arsip digital. Kalau arsip aslinya hilang atau musnah akibat bencana, maka warga tidak perlu kuatir karena arsip digital ini bisa dicetak ulang dan diautentifikasi oleh pejabat berwenang dan memiliki status hukum yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya