SOLOPOS.COM - Juragan mi ayam asal Sidodadi, Kecamatan Masaran, Sragen, Siti Khomsatun (kanan) berfoto bersama Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati dan pejabat lainnya di Aula Sukowati Setda Sragen, Kamis (8/12/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Siti Khomsatun, 43, warga asal Dukuh Driyan RT 008, Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Sragen, menjadi salah satu dari 32 keluarga ekspenerima Program Keluarga Harapan (PKH) yang resmi diwisuda graduasi mandiri sejahtera oleh Bupati Sragen, 2021 lalu.

Juragan mi ayam dengan label warung Pak Ndut itu menyatakan keluar dari keluarga penerima manfaat (KPM) PKH tahun lalu dan kini sukses dengan memiliki tiga warung mi ayam di wilayah Masaran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Siti mengembangkan usaha warung mi ayam Pak Ndut itu berawal dari modal Rp500.000 pada 2011 dan pernah mendapatkan bantuan ekonomi produktif senilai Rp600.000 pada 2021.

Namun, warung mi ayamnya mulai berkembang di 2020 menjadi tiga cabang dengan omzet hampir Rp4 juta per hari. Kini, Siti mulai menyiapkan cabang keempat untuk warung mi ayamnya tetapi masih mencari lokasi lahan.

Testimoni Siti itu didengarkan 64 orang perwakilan KPM PKH yang juga menyatakan keluar dari PKH dan diwisuda graduasi mandiri sejahtera oleh Bupati Sragen di Aula Sukowati Setda Sragen, Kamis (8/12/2022).

Baca Juga: Sip, Terentaskan dari Kemiskinan, 64 Keluarga di Sragen Diwisuda Bupati

Bupati tertarik dengan testimoni Siti. Secara pribadi, Bupati memesan mi ayam dan bakso buatan Siti.

“Saya adalah mantan penerima bantuan PKH. Dulu saya pernah dapat bantuan. Sekarang saya sudah mandiri dengan mengembangkan usaha mi ayam. Sekarang memiliki tiga cabang warung mi ayam. Terima kasih kepada pendamping saya, Mas Angga. Beliau yang membimbing saya sehingga usaha saya berkembang seperti sekarang,” ujar Siti.

Saat mendengar penjelasan Siti, Bupati terbersit bertanya. “Berapa omsetnya?” tanya Yuni, sapaan Bupati.

Siti menjawab setiap warungnya bisa sampai Rp1 jutaan. Untuk tiga warung mi ayam itu, ujar dia, omset hariannya Rp3,5 juta-Rp4 juta per hari.

“Jadi teman-teman yang belum mandiri bisa mandiri seperti saya. Jangan mau dikatakan orang miskin! Jangan pernah mau menerima bantuan dari pemerintah!” ujar Siti yang disambut tepukan tangan.

Baca Juga: Paket Sembako Rp150.000 Dijual hanya Rp10.000 di Pasar Murah Sragen

Bupati Yuni pun manggut-manggut dan spontanitas menyata setuju dengan ajakan Siti.

Siti menjadi KPM PKH mulai 2011 lalu dan menyatakan berhenti pada 2020. Dia mengatakan dia memiliki tiga anak yang sekolah SMK dan sekarang sudah lulus. Siti merintis usahanya jualan mi ayam sejak 2010, tetapi warungnya tak seramai sekarang.

“Pada awal buka omsetnya hanya Rp700.000 per hari. Dulu itu modal sendiri Rp500.000. kemudian baru di 2021 mendapat bantuan Rp600.000,” ujarnya.

Nursita, 28, warga Ngepringan, Kecamatan Jenar, Sragen, ikut mendengarkan testimoni Siti. Nursita bagian dari 64 orang eks penerima PKH yang menyatakan mundur dari PKH per 2022 ini.

“Saya masih muda. Anak saya baru satu. Saya mulai mundur dari PKH mulai Desember ini. Ya, enggak apa-apa keluar dari PKH karena saya masih muda dan bisa berusaha mandiri. Suami saya jualan sayur keliling,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya