SOLOPOS.COM - Ilustrasi sekolah. (Freepik).

Solopos.com, BOYOLALI — Dunia pendidikan di Boyolali kembali tercoreng dengan adanya oknum guru perempuan bermesraan dengan siswa laki-laki di salah satu ruang sekolah. Tindakan tidak senonoh di salah satu SMK Boyolali ini sudah dianggap selesai dengan dikeluarkannya sang guru.

Kendati demikian, kasus tersebut menambah daftar panjang permasalahan di lingkungan sekolah wilayah Boyolali setelah sebelumnya ramai kekerasan seorang guru dengan menampar dua muridnya di SMP N 1 Sawit Boyolali.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Terlebih, berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, kasus tersebut terjadi di salah satu SMK yang baru saja mendeklarasikan dirinya sebagai Sekolah Ramah Anak (SRA).

Kepala sekolah di SMK tersebut, S, mengonfirmasi kebenaran soal seorang guru dan muridnya bermesraan yakni pangku-pangkuan di salah satu ruang sekolah.

Namun, S, menegaskan kejadian tersebut sudah lama dan telah diselesaikan pihak sekolah dengan mengeluarkan si guru.  “Ya [kejadiannya 24 Oktober 2022], sudah selesai masalahnya, tidak ada yang komplain, tidak ada yang protes, sudah selesai,” tegasnya, Jumat (4/11/2022).

Baca juga: Peroleh DAU Pendidikan Rp67,2 Miliar, Pemkab Wonogiri bakal Dongkrak Angka IPM

S mengatakan oknum guru tersebut mengajar mata pelajaran agama dengan status non-PNS. Ia telah bekerja sejak tiga tahun lalu. Pihak sekolah telah memutus kontrak kerja si guru. Sementara, si murid melanjutkan sekolah di SMK tersebut.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com tindak tak senonoh di sekolah itu terjadi Senin (24/10/2022) di sebuah ruangan. Hal itu diketahui siswa lain kemudian dilaporkan ke guru bimbingan konseling (BK).

Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Boyolali saat dikonfirmasi, Jumat, mengaku akan turun tangan.

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DPPKBP3A Boyolali, Dinuk Prabandini, mengatakan dirinya sedang berkoordinasi dengan Cabang Dinas (Cabdin) Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah V Jawa Tengah terkait hal itu.

“Kemarin saya melihat [beritanya] di IG [Instagram], ini baru koordinasi dengan perwakilan wilayah V,” ujarnya dalam pesan WhatsApp saat dikonfirmasi Solopos.com, Jumat (4/11/2022).

Baca juga: SMA Batik 1 Solo Study Campus ke Malaysia: Persiapan Menuju Universitas Impian

Dinuk membenarkan SMK tersebut baru saja mendeklarasikan diri sebagai sekolah ramah anak. Sehingga, dirinya segera mengklarifikasi hal tersebut untuk tindak lanjut.

Saat disinggung mengenai kronologi, Dinuk juga belum bisa menyampaikan karena dirinya masih akan melakukan klarifikasi ke sekolah yang bersangkutan.

“[Untuk nasib anak] kami akan melakukan pendampingan kepada anaknya. Tugas kami melakukan klarifikasi dulu terkait kebenarannya, dan kedua kalau itu benar, saya kepada anaknya akan melakukan pendampingan psikologis,” jelasnya.

Sementara, terkait nasib guru, Dinuk mengatakan hal tersebut merupakan kewenangan dari instansi terkait. Namun, ia berharap SMK yang baru mendeklarasikan diri sebagai sekolah ramah anak tersebut dapat bertanggung jawab dengan deklarasinya.

“Harapan saya SMK ini habis launching sekolah ramah anak, itu kan bentuk konsekuensi. Jadi harus bertanggung jawab, deklarasi kan mengandung konsekuensi. Itu juga oknum, tidak semua guru seperti oknum. Lha nanti dengan adanya SRA, untuk tindak kedisiplinan bukan saya, tapi ada lembaganya sendiri, SMK kan kewenangan provinsi,” jelasnya.

Baca juga: Guru Tampar Murid SMP: Ironi di Tengah Deklarasi Sekolah Ramah Anak Boyolali

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya