SOLOPOS.COM - Tangkapan layar webinar Bermedia Sosial Sing Apik yag digelar Pemprov Jateng pada Sabtu (28/8/2021) sore. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Pemprov Jateng menggelar webinar Gerakan Nasional Literasi Digital mengusung tema Bermedia Sosial Sing Apik pada Sabtu (28/8/2021) sore. Webinar yang diikuti lebih dari 35.700 peserta itu menghadirkan Presiden Joko Widodo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Menteri Komunikasi dan Informatika,Johnny Gerard Plate sebagai pembuka acara.

Lalu, diskusi yang dimoderatori oleh Shafinaz Nachiar itu menghadirkan dua pembicara yakni konsultan sosial media, Wicaksono alias Ndoro Kakung dan Dosen Fisip Undip, Lintang Ratni Rahmiaji. Di akhir acara, pemerhati budaya Jawa Tengah, Endah Laras, turut memberikan tanggapannya terkait bijak dalam bermedia sosial.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Presiden Jokowi dalam sambutannya menyebut pandemi membuka kesempatan untuk bertransformasi menuju era digital secara besar-besaran. Infrastruktur digital dan ekonomi digital dibangun dengan cepat. Masyarakat turut disiapkan pula menghadapi era digital.

Baca Juga: Rudy Eks Wali Kota Bikin Taman di Tepi Bengawan Solo, bakal Dilengkapi Perahu Wisata

“Saat jaringan internet telah tersedia, harus diikuti kesiapan pengguna internet. Agar internet dapat dimanfaatkan dengan positif,” papar Jokowi.

Ia menambahkan konten negatif, hoaks, perundungan siber, hingga radikalisme berbasis siber perlu diwaspadai. Kewajiban seluruh elemen yakni menekan seluruh dampak negatif itu. Internet harus mampu meningkatkan produktivitas masyarakat.

“Saya harapkan kegiatan seperti ini dapat terus bergulir. Mendorong pihak lain melakukan hal sama agar internet berisi hal-hal positif,” papar Presiden.

Positif dan Negatif Medsos

Sementara itu, Menkominfo, Johnny G Plate, mengatakan pembatasan sosial dan fisik mendorong masyarakat berinteraksi di ranah digital. Saat ini ada 200 juta warganet yang berinteraksi.

“Ada sisi positif dan negatif dalam ruang digital. Seiring dengan kemudahan juga ada sisi gelap seperti penyebaran hoaks. Literasi digital bukan hanya kebutuhan tapi keharusan,” papar dia.

Ia menambahkan program literasi digital Indonesia makin cakap digital telah menyasar 514 kabupaten di Indonesia.

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, mengatakan semakin hari pengguna internet di Indonesia semakin bertumbuh. Saat ini di Jawa Tengah ada 26,5 juta pengguna internet. Dari sekian banyak pengguna, ia menyoroti peredaran hoaks yang bahkan beberapa kali menyerang dia.

Ia membagikan tips melawan hoaks yakni teliti informasi, perbanyak literasi, produksi konten positif, dan jika menerima hoaks jangan dibagikan kembali.

“Contoh hoaks, saya pernah bilang pandemi di rumah saja malah diganti pandemi gowes saja. Saya di-bully ramai-ramai karena hoaks. Maka literasi menjadi penting,” papar Ganjar.

Baca Juga: Nyambi Jual Ciu, Bakul Angkringan di Solo Diciduk Polisi

Ia mengatakan masyarakat dapat melaporkan hoaks ke beberapa platform seperti Mafindo, Patroli Siber, Lapor Gub, dan Aduan Konten.

Ganjar menambahkan, Pemprov Jateng terus berupaya membasmi hoaks dengan berbagai cara seperti saberhoaks melalui website resmi Pemprov Jateng. Lalu, pemerintah bekerja sama dengan masyarakat untuk menciptakan konten-konten positif dan sosialisasi ke masyarakat untuk menggunakan internet secara positif di pedesaan melalui media tradisional.

Paling Tidak Sopan

Lintang Ratni Rahmiaji yang juga tim Litbang Mafindo dan anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) mengatakan netizen Indonesia berada di urutan pertama kasus siber bullying terbesar di dunia berdasarkan penelitian G2G. Lalu dalam survei Microsoft 2020 di 32 negara menyimpulkan netizen Indonesia paling tidak sopan di Asia Tenggara.

“Sekarang 2021 ada 170 juta penduduk Indonesia menjadi pengguna aktif media sosial. Kalau kata Dewan Pers ada 1.644 media di Indonesia, tapi kurang banyak dibandingkan dengan pengguna media sosial di Indonesia,” papar dia.

Jika dari jumlah pengguna media sosial di Indonesia dapat memproduksi konten positif, maka seluruh masyarakat Indonesia akan memperoleh hal baik pula. Sebaliknya, jika konten negatif yang tersebar netizen Indonesia berada di urutan pertama dalam hal negatif.

“Sudahkan berbicara baik di media sosial? Konon posting apa saja dihujat, netizen bahkan mendoakan yang tidak baik,” papar dia.

Lintang menambahkan, ruang digital membebaskan siapa saja untuk berbicara. Namun, tentunya ada batas-batas yang mengatur seperti UU ITE. Secara sedeharna, kritik tetap diperbolehkan namun hatespeech tidak. Gunakan etika komunikasi antarpersona secara tatap muka maupun lewat media.

Lalu, jika ingin mengkritik pastikan berbasis data dan bukti. Kritik juga harus fokus pada substansi bukan menyerang pribadi atau golongan. Kritik juga harus menyertakan solusi dan jangan terjebak arus mainstream.

Sementara itu, Wicaksono, menyoroti tentang Tetap Produktif di Masa Pandemi berkaitan dengan kecakapan digital. Mantan jurnalis itu menyebutkan pandemi bisa membangkitkan sebagaian orang untuk memperoleh penghasilan tambahan. Beberapa kasus, ada seorang pemuda yang berhasil memperoleh uang puluhan juta lewat bercocok tanam dan pemasarannya lewat media sosial.

“Ada dua hal saat pandemi, dunia luring dan daring. Keduanya harus dilakukan bersamaan. Kalau hanya webinar terus pasti bosan, harus diimbangi kegiatan nyata,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya