SOLOPOS.COM - Pasar Rakyat Sedayu berlokasi di Dukuh Kepuh, Desa Weru, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo yang penamaannya menggunakan mana desa di Karanganyar, berbatasan langsung dengan pasar rakyat tersebut (Solopos.com/Tiara Surya Madani)

Solopos.com, SUKOHARJO– Pasar Rakyat Sedayu, di Dukuh Kepuh, Desa Bulu, Kecamatan Polokarto, secara administrasi milik pemerintah Sukoharjo.

Lokasinya di perbatasan Sukoharjo-Karanganyar bagian utara, namun Sedayu merupakan nama desa di Karanganyar, yang letaknya berbatasan langsung dengan pasar tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan Solopos.com, Selasa (4/10/2022), pasar rakyat dengan luas kurang lebih 1.100 meter persegi tersebut tidak terlalu ramai karena letaknya di perbatasan, selain itu pasaran di Sedayu yakni Legi dan Pon.

Terdapat 34 pedagang kios dan 132 pedagang los yang mayoritas menjajakan busana, bahan makanan berupa sayuran, makanan ringan, dan kebutuhan pokok, serta hewan ternak.

Kawasan tersebut diklasifikasikan dalam pasar kelas dua, dengan kondisi bangunan cukup. Kondisi tiap kios terbuka, tanpa ada sekat antara satu dengan yang lain.

Koordinator Pasar Sedayu, Hariyanto, mengatakan asal nama Pasar Sedayu memang diambil dari Desa Sedayu, karena lokasi pasar sekarang dulunya adalah lahan kosong, kemudian bergeser ke tempat sekarang.

Pasar dibangun 1980-an. Dipindah karena lokasi pasar di kawasan sebelumnya sudah tidak dapat menampung pedagang.

Para pedagang berasal dari Karanganyar dan Sukoharjo, ia mengatakan pasar juga ramai saat musim panen sayur.

“Waktu panen sayuran, pasar ramai, tapi waktu hujan sepi,” kata Hariyanto.

Pembangunan terakhir dilakukan pada 2014, berupa penggantian kios di tengah pasar.

“Bangunannya dulu ada gunungannya, menggunakan kayu,seperti bangunan Jawa. Sekarang pakai galvalum semua,” lanjut Hariyanto.

Pedagang, Hartini, mengaku telah berjualan selama 26 tahun di Pasar Rakyat Sedayu.

Wanita yang sudah memulai berjualan sejak 1996 tersebut berasal dari Matesih, Karanganyar. Ia menjual makanan tradisional berupa uli ketan goreng, lentho, dan gorengan lain.

“Omzetnya ya lumayan untuk kebutuhan sehari-hari,” kata Hartini.

Selama berdagang sejak 1996, Hartini mengatakan pasar sudah diperbaiki sebanyak dua kali.

“Pintu masuk, dulu di sebelah timur, sekarang pindah ke barat. Kondisi bangunan sudah lebih bagus,” lanjut Hartini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya