SOLOPOS.COM - Logo Instagram (Instagram.com)

Instagram menjadi salah satu media sosial terpopuler di dunia. Mengunggah foto menarik dan mendapat banyak like tentu menjadi keinginan banyak orang.

Solopos.com, SOLO – Pastinya Anda sudah menginstal aplikasi berbagi foto populer, Instagram, di smartphone bukan? Sudah berapa lama menggunakan aplikasi berbagi foto tersebut? Cek, berapa jumlah foto yang telah diunggah dan berapa banyak followers yang sudah didapat? Mungkin jumlah foto yang telah Anda unggah telah mencapai ratusan, begitu pula dengan jumlah pengikutnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berbagai foto yang terpajang di akun Intagram milik kamu, mungkin sebagian berupa aktivitas sehari-hari. Sebagian lagi menyalurkan hobi fotografi-nya dan mengunggah hasil fotonya ke aplikasi ini.

Instagram yang muncul kali pertama pada Oktober 2010 telah diunduh oleh lebih dari 500 juta pengguna, hingga Maret 2015. Aplikasi yang memungkinan penambahan filter digital pada foto ini dahulu hanya dapat diunduh oleh perangkat dengan sistem operasi Ios keluaran Apple. Baru pada 2012, aplikasi tersebut merambah perangkat Android dan pada 2013 dapat diunduh di perangkat Windows.

Ekspedisi Mudik 2024

Mengunggah foto di jejaring sosial Instagram sebenarnya tak terlalu susah. Tinggal jepret, edit, beri caption, dan unggah. Tetapi tak semua orang bisa menghasilkan foto yang bagus hingga mendapat puluhan atau bahkan ribuan likes. Enggak cuma itu, banyaknya akun Instagram yang memasang kompilasi foto dari para pengguna membuat foto bagusmu dapat di-repost oleh mereka, jika kamu beruntung. Lalu, apakah definisi foto yang instagramable dan bagaimana cara mendapatkannya? Kita bahas, yuk.

Menurut pehobi fotografi asal Jogja, Bimo Pradityo, foto yang instagramable adalah foto yang berkualitas secara moment, pencahayaan, komposisi, dan cerita. “Foto yang instagramable adalah menarik secara kualitas, editing dengan filter kreatif, dan cerita di foto tersebut mampu menginspirasi,” kata dia, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (16/6/2015).

Tantangan tersendiri dari Instagram adalah mengunggah foto berukuran square (persegi) atau 1:1 ala ala kamera polaroid. Foto persegi membuat pehobi fotografi mobile mau tak mau menyesuaikan komposisi persegi agar tidak memotong bagian penting dari sebuah gambar.

Bimo mengatakan foto persegi menggunakan komposisi simetris dan balance agar hasilnya enak dilihat. Menurut dia, tak sulit menghasilkan foto persegi dengan komposisi sempurna asal mau trial dan error. “Awal-awal mungkin bisa memotret dengan rasio aspek 4:3 seperti yang jamak di perangkat mobile, baru kemudian di-cropping atau re-compose ke dalam bentuk persegi,” papar pemilik akun Instagram @_bimo_ tersebut.

Ihwal editing, sambung dia, hanyalah retouch simple menggunakan aplikasi editing foto di smartphone untuk mendapatkan hasil yang lebih pas. Editing tersebut sebatas brightness, kontras, sharpening, dan beberapa tambahan filter kreatif untuk tone warna. Bimo menyampaikan konsistensi genre dalam memotret berpengaruh terhadap followers, terlebih kaitannya dengan sosial media.

Kendati demikian, galeri Instagram dengan banyak genre akan membuat followers makin variatif dan tidak terkotak pada satu genre. “Tidak selalu kekhasan pada satu genre membuat kita mudah dikenali. Kekuatan cerita dalam foto dan komposisi juga dapat menjadi ciri khas tersendiri,” ujarnya. Bimo mengatakan konsistensi mengunggah foto, menghasilkan karya yang berkualitas, dan menginspirasi, serta komunikatif membuat akun Instagram menjadi lebih dikenal. “Instagram memberikan saya teman secara nyata melalui kopi darat (kopdar) lebih banyak daripada sosial media lain,” kata dia.

Pria yang telah memiliki 5.000-an followers tersebut mengatakan penguasaan teknik dasar memotret dan editing pada smartphone adalah dua tips utama menghasilkan foto Instagram yang keren. Tips selanjutnya, lanjut dia, adalah mengenali kemampuan alat yang digunakan, memperbanyak jalan-jalan untuk hunting foto, dan mempunyai satu ciri khas genre utama.

“Jangan mudah puas dengan hasil foto, agar mau terus menerus belajar. Explore sesuatu yang baru sehingga dapat menghasilkan foto yang unik dan berkualitas,” pungkas Bimo.

Pehobi fotografi lain yang juga blogger asal Kota Bengawan, Blontank Poer, mengaku foto Instagram unggahan-nya tak pernah memakai filter. Menghasilkan foto bagus tanpa perlu editing terlalu banyak menurut dia memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Blontank memilih memperbanyak foto makro dengan smartphone berkamera 41 megapixel miliknya.

“Awalnya random saja. Semua foto berbagai genre dan semua yang saya temui di jalan saya unggah. Tapi, foto makro dari serangga atau tanaman mendapat banyak apresiasi sehingga foto makro saya beri porsi lebih pada akun Instagram saya,” kata dia, Selasa (16/6/2015).

Pemilik akun Instagram @blontankpoer tersebut menyampaikan, moment dan keberuntungan adalah dua faktor utama menghasilkan foto yang instagramable. Selebihnya, kata dia, adalah hasil imajinasi saat proses pengambilan gambar.

“Karena foto yang akan diunggah ke Instagram berupa persegi, tentu komposisi saat memotret harus dipikirkan. Bagian mana yang akan digunakan untuk memenuhi frame, bagian mana yang akan dibuang harus diketahui,” jelasnya.

Foto tersebut sebaiknya memimpin mata pada satu objek foto, tapi tak meninggalkan latar belakangnya. Salah satu caranya adalah menempatkan subjek pada bagian tengah foto atau bermain komposisi sehingga subjek tak lepas dari pandangan mata.

“Bagi saya Instagram layaknya sosial media lain, tapi bisa juga menjadi galeri untuk menampilkan karya. Pemilihan genre atau tidak itu tergantung tujuan membuat akun Instagram. Untuk aktualisasi diri atau eksistensi,” tandas Blontank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya