SOLOPOS.COM - Produk keripik talas bikinan Herawati Utami Dewi, 45. warga Sendangmulyo, RT 26, Desa Bendungan, Kedawung, Sragen. (Istimewa/Dok. Herawati Utami Dewi).

Solopos.com, SRAGEN – Setelah membuat website sebagai media pemasaran pada 2015, usaha keripik milik Herawati Utami Dewi, 45. kian dikenal luas. Bahkan, varian keripik singkong, bisa tembus pasar Belanda.

Dalam lima tahun terahir, warga Sendangmulyo, RT 26, Desa Bendungan, Kedawung, Sragen, itu mengembangkan varian keripik dari gedebok pisang. Bagi sebagian besar warga, gedebok pisang biasa dianggap sebagai sampah.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Namun, di tangan Herawati, gedebok pisang bisa diubah menjadi cemilan gurih berupa keripik. Sudah sekitar 12 tahun lamanya Herawati menggeluti usaha produksi keripik.

Keripik gedebok melengkapi varian keripik yang telah ada sebelumnya seperti singkong, ketela, talas, sukun, garut, pisang dan lain-lain. Herawati tidak sembarang memilih gedebok.

Ekspedisi Mudik 2024

“Saya jualan keripik itu promosi awalnya ya dari mulut ke mulut. Lalu ikut pameran bazar dan bisa sebar kartu nama. Saya beruntung karena pada 2015 ada media televisi Trans 7 yang membuat liputan soal keripik talas. Sejak saat ini, alhamdulillah produk keripik bikinan saya makin laris dipesan,” jelas Herawati kepada Solopos.com, Sabtu (27/5/2023).

Melalui pelatihan yang digelar Dinas Koperasi dan UMKM Sragen, Herawati dikenalkan dengan metode pemasaran melalui website. Dibantu petugas dari Dinas Koperasi dan UMKM Sragen, ia kemudian membuat website https://pusatanekakripikrhkedawung.business.site/ untuk membantu memasarkan produk keripik miliknya. Ia memakai brand Keripik RH yang diambil dari huruf pertama dari nama kedua anaknya yakni Ridho dan Habibi.

Berkat transformasi digital melalui website, produk keripik bikin Herawati makin dikenal luas. Bahkan, ia kerap mendapat pesanan keripik lintas provinsi hingga lintas pulau. Berkat website itu pula, Herawati mendapat tantangan untuk ekspor keripik ke Belanda sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Buyer membeli 1 kontainer keripik singkong. Totalnya ada dua ton keripik singkong. Dalam waktu dua pekan harus siap kirim. Saat itu kami harus pecicilan untuk memenuhi tantangan. Sebab, quality control dipantau langsung dari Belanda melalui video call setiap tiga hari. Semua proses pembuatan terpantau untuk memastikan produknya benar-benar higienis,” jelasnya.

Satu kg keripik dihargai Rp25.000. Dengan begitu, ekspor 2 ton keripik singkong itu senilai Rp50 juta. Perjalanan ke Belanda membutuhkan waktu sekitar 1 bulan. Ekspor keripik ke Belanda itu berlangsung hingga beberapa kali sebelum akhirnya mandek akibat pandemi Covid-19.

Selain karena pandemi, saat itu terjadi cuaca ekstrem yang membuat keripik terlambat tiba ke Belanda pada akhir tahun. “Buyer inginnya keripik itu sudah sampai di Belanda sebelum Natal dan Tahun Baru. Karena terjadi cuaca ekstrem, pengiriman pakai jasa ekspedisi jadi terganggu sehingga produk keripik terlambat datang. Setelah itu, buyer merasa kecewa. Tapi untungnya semua produk sudah terbayar lunas,” ujar Herawati.

Saat pandemi Covid-19 melanda, penjualan keripik menjadi berkurang karena daya beli masyarakat menurut. Termasuk ekspor keripik ke Negeri Kincir Angin juga berhenti hingga kini. Bahkan, saat itu, Hera harus melayani pembelian secara cash on delivery (COD). “Selama pandemi, ada penurunan pesanan. Tapi, kami tidak berhenti produksi. Kami juga tidak mengurangi jumlah karyawan, namun waktu kerja mereka kami batasi,” paparnya.

Setelah pandemi Covid-19 mereda, pesanan keripik mulai meningkat kembali. Informasi lewat website tetap diandalkan untuk mendapat konsumen. Di website itu, Herawati mencantumkan nomor WhatsApp, link Facebook dan Instagram dari Keripik RH. Untuk menunjang kemudahan dalam bertransaksi, Herawati menggunakan aplikasi BRImo. Dengan aplikasi ini, Herawati bisa dengan mudah melakukan transaksi keuangan.

Ia juga melayani pembayaran via QRIS. Baru-baru ini, ia mendapatkan fasilitas mesin Electronic Data Capture (EDC) BRILink sehingga ia bisa melayani transaksi keuangan dari rumah.

Sementara itu, edukasi literasi keuangan terus digaungkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, terlebih di era perubahan pola transaksi masyarakat telah terjadi secara masif dari konvensional beralih ke transaksi dengan menggunakan platform digital.

Hal tersebut ditunjukkan dari peningkatan transaksi pada super apps yang dimiliki BRI, BRImo. Keberhasilan peningkatan transaksi secara masif tersebut terlihat dari volume transaksi yang mencapai Rp1.201 triliun dalam 4 bulan pertama tahun 2023 atau per April 2023. Jumlah ini naik 77% year-on-year (yoy) jika dibandingkan dengan posisi April 2022 sebesar Rp678,9 triliun.

Selain itu, jumlah transaksi juga melesat hingga 92,1% yoy, atau mencapai 863 juta transaksi. Hal ini juga diikuti oleh penambahan jumlah user yang telah mencapai 26,27 juta user naik 55,46% yoy. “Kami akan terus meningkatkan fitur dan layanan pada super apps BRImo untuk memenuhi kebutuhan layanan perbankan digital masyarakat Indonesia,” ujar Direktur Jaringan dan Layanan BRI Andrijanto dalam rilis yang diterima Solopos.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya