SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan di Wonogiri (Ahmad Wakid/JIBI/Solopos)

Pemkab Wonogiri mengupayakan sejumlah program yang mulai berhasil mengatasi kekeringan secara permanen.

Solopos.com, WONOGIRI — Delapan kecamatan di Wonogiri selalu dilanda kekeringan sejak tiga tahun terakhir. Meski demikian tingkat keparahannya berangsur menurun setelah pemerintah merealisasikan program intervensi untuk mengatasi kekeringan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Informasi yang dihimpun Solopos.com dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Jumat (15/9/2017), delapan kecamatan itu meliputi Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo, Nguntoronadi, Eromoko, Manyaran, dan Selogiri. Masing-masing kecamatan tersebut terdapat sejumlah desa yang kerap dilanda kekeringan, kecuali 2016.

Hal itu karena tahun lalu hujan turun sepanjang tahun. Kendati demikian kekeringan berangsur teratasi setelah pemerintah merealisasikan program intervensi.

Beberapa desa sudah terhindar dari kekeringan selama tiga tahun terakhir. Pada 2014 kekeringan melanda 39 desa, 2015 terjadi di 38 desa, dan tahun ini melanda 37 desa.

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Jumat, menyampaikan ada desa yang sebelumnya rutin dilanda kekeringan tahun ini sudah tidak lagi. Contohnya Gebangharjo di Kecamatan Pracimantoro yang pada 2015 kekeringan berdampak pada 3.377 jiwa, tahun ini di desa tersebut sudah terhindar dari kekeringan.

Contoh lainnya Desa Suci, juga di Kecamatan Pracimantoro, pada 2015 ada 249 warga yang terdampak kekeringan, tahun ini desa itu juga sudah tak dilanda kekeringan. Menurut Bambang kondisi tersebut menunjukkan program intervensi pemerintah daerah, provinsi, maupun pusat berdampak positif.

Dia menegaskan pemerintah tak hanya diam melihat kekeringan di daerah, termasuk di Wonogiri. Bupati Joko Sutopo telah menyatakan mengatasi kekeringan tidak bisa diatasi hanya dengan menyalurkan bantuan air bersih.

Musibah kekeringan membutuhkan solusi permanen supaya tidak terjadi dari waktu ke waktu. Bambang memerinci sejumlah realisasi program intervensi yang bersumber dari dana siap pakai (DSP) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 2015.

Program itu di antaranya bantuan satu unit tandon air berkapasitas 5.000 liter dan pemasangan 225 pipa untuk disalurkan ke rumah warga Kelurahan Girikikis, Pracimantoro. Selain itu program pemberian paket sarana air bersih, yakni pompa air, pipa-pipa, dan tandon air senilai Rp166 juta di Desa Pucung, Eromoko.

“Sebelumnya kami mengusulkan program revitalisasi atau perbaikan 20 embung/telaga yang rusak kepada Dinas PSDA [Pengelolaan Sumber Daya Air] Jateng. Tahun lalu realisasi tiga program, seperti revitalisasi Embung Ngunduk, Giritontro dan Embung Mesu, Pracimantoro. Tahun ini realisasi sembilan program yang sama di wilayah bagian selatan,” ulas Bambang.

Terpisah, Camat Pracimantoro, Warsito, mengatakan sebelumnya ada tujuh desa yang dilanda kekeringan tiap kemarau. Tiga desa di antaranya sudah terhindar dari musibah itu setelah ada program intervensi, seperti pengaliran air dari luweng dan pembangunan bak penampungan berkapasitas 18.000 liter.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya