SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, KLATEN – Chicilia Kristiana Ngatini senang bukan kepalang. Wanita berumur 73 tahun itu pangling penampilan sepeda motor Yamaha V75 miliknya yang lebih dari setahun tak ia lihat.

Sepeda motor buatan 1970-an yang sebelumnya butut kini tampil layaknya sepeda motor baru. Warna bodinya biru mengkilap lengkap dengan grafis striping dan emblem. Warna itu jauh berbeda dibanding penampilan bodi motor sebelumnya menghitam dengan rangka berkarat. Rak besi melengkapi tampilan depan dan belakang sepeda motor. Seluruh lampu sein sepeda motor kembali berfungsi. Dua spion kini terpasang di dua sisi kemudi. Motor tua itu tak lagi mogok saat dikendarai wanita yang akrab disapa Bu Bandi tersebut berangkat atau pulang kerja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ibu dua anak itu spontan ambruk dan memeluk sepeda motornya yang diantarkan serombongan pencinta Yamaha ke rumah Bu Bandi, Dukuh Randubowo, Desa Soropaten, Kecamatan Karanganom, Klaten, Minggu (6/1/2019) setelah lebih dari setahun proses restorasi.

Saya peluk karena saking senangnya. Saya melihat senang sekali,” kata Bu Bandi saat ditemui di tempatnya bekerja sebagai pembantu salah satu perusahaan di Kelurahan Gergunung, Kecamatan Klaten Utara, Rabu (9/1/2019).

Tak hanya senang melihat sepeda motornya kembali, Bu Bandi merasa bersyukur tak mengeluarkan biaya sepersen pun mengubah penampilan motornya. Ia berulang kali mengucapkan terima kasih kepada sekelompok pencinta motor yang rela menghimpun dana serta merestorasi sepeda motornya.

Bu Bandi menceritakan sepeda motor itu ia beli dari temannya seharga Rp400.000. Ia lupa dan hanya menyebut sudah lama saat ditanya kapan sepeda motor tersebut dibeli. Dua tahun terakhir Bu Bandi memutuskan bekerja di salah satu perusahaan di Kelurahan Gergunung dan mengandalkan Yamaha lawas sebagai kendaraannya menempuh perjalanan sekitar 30 menit. Perjalanannya berangkat dan pulang kerja kerap kali terhambat lantaran motor mogok hingga mengharuskan wanita tersebut mencopot dan menggosok busi motor.

Berulang kali saya bawa ke bengkel namun tidak ada penggantian onderdil karena tidak ada uang. Kalau ke bengkel biasanya bayar Rp6.000,” kenangnya.

Kisah Bu Bandi dengan sepeda motornya beredar di media sosial ketika ada dua pemuda yang membantu dan memotretnya saat membersihkan busi sepeda motor. Membaca kisah Bu Bandi dengan Yamaha V75-nya itu memantik kepedulian anggota grup Facebook Yamaha Lawas. Perwakilan grup mendatangi rumah Bu Bandi dan melihat kondisi sepeda motornya. Mereka berinisiatif melakukan aksi bedah Yamaha lawas bertajuk Program Peduli Kasih Yamaha Lawas.

Sepeda motor saya dibawa dan saya dipinjami sepeda motor yang sama namun warnanya merah dan tidak pernah mogok. Tetapi, akhir-akhir ini mulai sering mogok sehingga saya bawa busi banyak sebagai cadangan,” kata Bu Bandi.

Cerita sepeda motor Bu Bandi yang kerap mogok juga disampaikan suaminya, Daniel Subandi, 84, saat ditemui di rumahnya, Rabu. Subandi mengatakan saban pagi istrinya rutin mengelap busi sepeda motor. “Sepeda motor mogok itu setiap hari. Ketika dikendarai jarak 1 km sampai 2 km saja pasti mogok,” kata Subandi yang pernah bekerja di hotel wilayah Kota Solo tersebut.

Subandi mengatakan istrinya pernah dibelikan sepeda motor matic oleh anaknya. Namun, Bu Bandi tak bisa mengendarai sepeda motor tersebut lantaran kesulitan untuk menapakkan kaki. Alhasil, Yamaha V75 masih setia menemani Bu Bandi.

Salah satu perwakilan Program Peduli Kasih Yamaha Lawas, Djoko Supriyanto, menceritakan restorasi Yamaha V75 milik Bu Bandi dimulai pada 4 Agustus 2017. Sementara, proses pengerjaan restorasi dilakukan selama empat bulan di bengkel salah satu pencinta Yamaha lawas bernama Mogol di Desa Wadunggetas, Kecamatan Wonosari, Klaten.

Mekanik yang mengerjakan itu mas Mogol Kram Otak dan anaknya bernama Aswin dibantu mekanik di bengkel Mas Mogol. Untuk overhaul mesin dikerjakan Mas Priyo,” kata Djoko yang juga admin grup Yamaha Lawas saat dihubungi Solopos.com, Rabu.

Djoko menceritakan restorasi dilakukan secara total seperti rekondisi rangka, penggantian seluruh sparepart, overhaul mesin, memperbarui kelistrikan dan pengapian, serta pengecatan kembali ke kondisi semula yakni warna blue marine. Bagian sepeda motor yang masih dipertahakan misalnya kalter mesin tempat nomor rangka yang dibersihkan.

Lamanya proses restorasi lantaran susahnya mencari spare part asli sepeda motor buatan 1970an. Pencarian spare part dibantu anggota grup Yamaha Lawas serta menghubungi sejumlah kenalan pedagang dan kolekter Yamaha lawas. “Parts kami dapatkan dari seluruh Indonesia seperti Medan, Lampung, Surabaya, Banten, Makassar, Manado, Samarinda, dan Yogyakarta,” kata dia.

Restorasi motor milik Bu Bandi mengandalkan dana donasi yang dihimpun melalui anggota grup terkumpul sebanyak Rp2.050.000. Selain dana, bantuan berupa bagian sepeda motor yang jumlahnya ratusan jenis. Soal nilai total biaya restorasi, Djoko memperkirakan mencapai Rp15 juta-Rp17 juta di luar harga motor.

Joko mengatakan aksi bedah motor milik Bu Bandi itu dilakukan sebagai bentuk kepedulian para pencinta Yamaha lawas. “Dengan kemampuan yang ada, kami ingin menggunakannya untuk berbuat kebajikan bagi orang lain khususnya pengguna motor Yamaha lawas. Orang-orang seperti Bu Bandi adalah sasaran yang pas dimana kami bisa menyalurkan hombi kami menjadi kegiatan yang positif,” kata dia.

Bu Bandi mengaku bersyukur dan bertekad tak menjual sepeda motor hasil restorasi pencinta Yamaha lawas. Hanya, pajak STNK sepeda motornya mati lantaran belasan tahun belum dibayar. Kali terakhir pajak sepeda motor itu dibayar pada Mei 2007 silam. “Saya tetap bersyukur sepeda motor saya sudah bagus kembali,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya