SOLOPOS.COM - Pekerja mengaduk olahan jenang di Kelurahan Joho, Kecamatan Sukoharjo, Sukoharjo, Kamis (5/5/2022). (Solopos-R Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO — Produksi beragam jenis jenang di Sukoharjo melonjak empat kali lipat saat Lebaran dibanding hari biasa. Hal ini dipengaruhi permintaan jenang yang melonjak tajam lantaran diborong kaum boro yang hendak kembali ke daerah perantauan.

Tak ayal, para pembuat jenang di Sukoharjo meraup untung berlipat ganda lantaran tingginya permintaan dari pelanggan terutama kaum boro. Saking tingginya permintaan, mereka kewalahan melayani order dari para pelanggan. Bahkan, para pelanggan harus rela menunggu proses produksi jenang selama berjam-jam.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Seorang pembuat jenang asal Kelurahan Joho, Kecamatan Sukoharjo, Eri Sunarto, mengatakan permintaan jenang saat Lebaran hingga pasca-Lebaran melonjak tajam ketimbang hari biasa. Saat Lebaran, pembuat jenang bisa memproduksi sekitar 80 potongan jenang/hari. Sementara produksi jenang saat hari biasa hanya sekitar 20 potongan/hari.

“Khusus Lebaran pada tahun ini melonjak empat kali lipat dibanding hari biasa. Alhamdulillah. Sebagian besar pembeli merupakan perantau yang memborong jenang untuk oleh-oleh di daerah perantauan,” kata dia, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Kamis (5/5/2022).

Eri memperkirakan permintaan jenang bertahan tinggi hingga akhir pekan seiring berakhirnya masa cuti bersama para aparatur sipil negara (ASN) dan pegawai kantoran. Para perantau bakal menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh khas Sukoharjo untuk dibawa ke daerah perantauan. Oleh-oleh itu bakal dibagikan kepada rekan sejawat maupun tetangga rumah.

Baca juga: Walah, Produsen Jenang Kedunggudel Sukoharjo Ogah Anak Teruskan Usaha

Dibantu enam karyawannya, Eri merupakan generasi kedua pembuat jenang. Saat Lebaran, ia menambah dua karyawan untuk menggenjot produksi jenang.

“Saya juga menambah bahan baku seperti beras ketan, gula merah dan kelapa saat Lebaran. Pada hari biasa, beras ketan yang digunakan untuk membuat jenang tak lebih dari 10 kilogram (kg). Sekarang bisa sampai 40 kg dalam sehari,” ujar dia.

Pernah Terdampak Pandemi

Kondisi tersebut berbanding terbalik saat Lebaran 2020 dan 2021 di tengah gerusan pandemi Covid-19. Tingkat permintaan jenang saat Lebaran 2021 anjlok hingga 40 persen akibat larangan mudik. Anjloknya tingkat permintaan jenang dipengaruhi kebijakan larangan mudik Lebaran. Hanya sebagian kecil perantau yang nekat pulang ke kampung halaman.

Praktis, para pembuat jenang hanya mengandalkan pesanan masyarakat yang hendak menggelar acara pertemuan atau hajatan pernikahan. Beragam jenis jenang seperti wingko babat, prol, krasikan menjadi penganan tradisional yang disuguhkan kepada para tamu.

Baca juga: Jamin Keamanan Wisatawan, Patroli Keliling Sasar Objek Wisata Sukoharjo

“Harga masih sama, tidak naik. Harga beragam jenis jenang dibanderol Rp75.000 per potong. Mungkin setelah Lebaran, harga jenang naik karena sekarang harga bahan baku jenang juga naik,” papar dia.

Sementara itu, seorang pembeli asal Tangerang, Banten, Paridi, mengaku selalu membeli jenang krasikan dan prol saat pulang ke kampong halaman. Biasanya, ia memborong empat-lima potong jenang untuk dibawa ke Tangerang.

Setiba di rumah, jenang itu bakal dibagi-bagikan kepada tetangga rumah dan teman kerja. “Harganya murah dan rasanya beda dibanding jenang yang diproduksi dari daerah lain. Keluarga saya juga sangat suka jenang untuk camilan di rumah,” kata dia.

Baca juga: Banyak Spot Foto Menarik, Embung Pengantin Sukoharjo Diserbu Wisatawan

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya