SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

MENCUCI—Tiga perempuan warga Dukuh Gondang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, Selasa (20/9), mencuci pakaian di sumber air di sebelah timur balai pertemuan selter Bumi Perkemahan Kepurun, Manisrenggo. Para perempuan itu menempuh jarak berkilo-kilometer dari tempat tinggal mereka dengan berjalan kaki atau mengendarai sepeda motor untuk menuju sumber air tersebut. (JIBI/SOLOPOS/Taufiq Sidik)

Selasa (20/9/2011), jarum jam menunjukkan pukul 14.30 WIB. Terdengar suara sepeda motor dari arah selter atau hunian sementara untuk warga terdampak erupsi Gunung Merapi di Bumi Perkemahan Kepurun, Manisrenggo, Klaten.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Suara sepeda motor itu makin lama makin terdengar kencang. Dari kejauhan seorang remaja putri menaiki sepeda motor Honda Astrea Grand keluaran 1997.

Di belakangnya, seorang perempuan bernama Jumini, 50, warga Gondang, Balerante, Kemalang, berjalan kaki membawa sebuah ember penuh pakaian.

Keduanya menuju sumber air di sisi timur balai pertemuan kompleks selter.

Tidak beberapa lama kemudian, mereka membuka keran air dan seluruh pakaian yang dia bawa dalam ember satu per satu dicuci. Jumini mengatakan setiap hari mencuci di tempat tersebut. Hal itu dilakukan lantaran sulit mendapatkan air di desa tempat tinggalnya.

Teng nginggil susah ngumbahi (di atas sulit mencuci-red),” ungkapnya kepada Espos.

Dia menuturkan untuk memenuhu kebutuhan air bersig sehari-hari, selama ini warga di tempat tinggalnya mengandalkan bantuan air bersih dari Pemkab Klaten atau dari pihak lain.

Eman-eman yen dinggo ngumbahi (sayang kalau untuk mencuci-red). Bantuan air yang datang dua kali dalam sepekan dimasukkan dalam tower air. Kami manfaatkan untuk minum serta mandi,” ujarnya.

Sejak beberapa pekan lalu, Jumini bersama anaknya menempuh perjalanan puluhan kilometer setiap hari hanya untuk mencuci.

Puluhan warga lainnya melakukan hal yang sama. Perempuan yang ketika ditemui Espos mengenakan tutup kepala berwarna oranye tersebut menuturkan perjalanannya menuju sumber air di kompleks selter di Bumi Perkemahan Kepurun rutin dilakukannya sejak ia dan warga lainnya meninggalkan selter dan pulang ke rumah masing-masing. Mereka meninggalkan selter sekitar satu bulan lalu.

Mencuci pakaian dilakukannya pada saat longgar. “Kadang pagi, kadang sore. Pokoke setelah selesai bekerja, saya mencuci di sini,” ungkap perempuan yang bekerja sebagai petani itu.

Bosan di selter

Ketika Espos menanyakan alasannya meninggalkan selter dan kemudian pulang ke desa asalnya, Jumini mengatakan bosan dengan kegiatan sehari-hari di selter. Dia merasa nyaman tinggal di rumahnya sendiri meskipun dengan kondisi yang serba terbatas.

“Di sini (di selter-red) rasane sepi, tidak ada pekerjaan. Saya memilih pulang,” jelasnya.

Jumini mengaku sangat rindu untuk kembali bercocok tanam di lereng Gunung Merapi.

“Di rumah saya bisa bekerja sebagai petani,” tegasnya. Ratusan warga lainnya yang selama beberapa bulan belakangan menghuni selter juga memilih pulang ke rumah masing-masing lantaran sudah tidak sabar lagi untuk kembali melakukan ativitasa sehari-hari sebagai petani.

“Sudah banyak yang harus dikerjakan. Warga dengan inisiatif sendiri memilih pulang ke rumah masing-masing,” ungkap Kepala Desa Balerante, Sukono.

(Taufiq Sidik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya