SOLOPOS.COM - Diah Kurnia M. (FOTO/Istimewa)

Diah Kurnia M. (FOTO/Istimewa)

Wanita penderita epilepsi memerlukan perhatian khusus, karena berkaitan dengan siklus menstrusasi, kehamilan, melahirkan, menyusui dan perencanaan kehamilan (KB).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Konsultan di bidang epilepsi, dr Diah Kurnia Mirawati SpS(K) mengatakan jika terkait menstruasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Beberapa hal tersebut adalah mencatat, apakah bangkitan terjadi atau bertambah di sekitar waktu menstruasi. Jika terjadi bangkitan supaya dilaporkan kepada dokter. “Dokter akan menambahkan obat yang diminum di sekitar waktu menstruasi,” imbuh Diah.

Ekspedisi Mudik 2024

Selanjutnya, pada saat kehamilan, obat antiepilepsi (OAE) supaya tetap diminum. OAE tidak selalu menyebabkan kecacatan pada bayi. Namun, risiko mendapatkan bayi cacat memang lebih besar terjadi pada wanita dengan OAE. Saat hamil, supaya diberi asam folat 0,4 mg/hari.

Memasuki bulan terakhir kehamilan, dilakukan pemberian vitamin K. Wanita yang mengalami epilepsi boleh melahirkan normal (spontan). Meski demikian, si ibu harus melahirkan di rumah sakit. Selanjutnya, pemberian ulang vitamin K pada bayi diatur oleh dokter anak. “Sewaktu menyusui, ASI [air susu ibu] tetap diberikan dan diperhatikan apakah ada kesulitan minum atau efek mengantuk pada bayi,” lanjut Diah.

Jika ingin merencanakan kehamilan, wanita penderita epilepsi supaya mengonsultasikan dengan dokter saraf dan dokter kandungan. Ia menyarankan sebaiknya menggunakan kontrasepsi yang bukan hormonal, misalnya IUD, kondom dan kontrasepsi alami dengan sistem kalender.. Apabila terpaksa menggunakan kontrasepsi hormonal, lebih baik menggunakan suntik (depo provera).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya