SOLOPOS.COM - Mahmud Danur menggarap busur panah pesanan di ruang kerjanya di Desa Singkil, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. (Madiunpos.com/Abdul Jalil)

Solopos.com, PONOROGO — Perajin mebel Desa Singkil, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Mahmud Danuri, 35, menekuni pembuatan busur panah sejak 2016. Kini, usaha rumahan itu beromzet hingga jutaan rupiah.

Mahmud menangkap peluang tren olahraga panahan beberapa tahun terakhir. Dampak dari tren panahan adalah permintaan busur dan anak panah meningkat.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Mahmud yang semula bekerja sebagai guru honorer itu memilih keluar dari pekerjaan. Dia fokus menggarap pasar busur panahan. Berbekal ketrampilan yang dimiliki sebagai perajin mebel. Dia meninggalkan pekerjaan sebagai guru kerajinan di sekolah dasar dan madrasah aliyah (MA) di daerahnya.

Baca Juga : Incar Podium ke-200, Rossi: Jika Semua Pembalap Mengalah, Saya Traktir

Mahmud bercerita mulai membuat busur panah pada 2016. Saat itu, saudaranya membeli busur beserta anak panah dari Solo Rp275.000. Dia agak kecewa saat melihat busur panah itu karena garapan perajin itu kurang halus.

“Dari situ, saya tertantang membuat busur panah sendiri. Saya meniru dari busur panah yang dibeli saudara. Ternyata bisa,” kata dia saat ditemui Madiunpos.com di rumahnya beberapa hari lalu.

Mahmud yang lulusan kriya kayu di SMKN 1 Pacitan itu tertantang membuat busur panah menggunakan limbah kayu pekerjaan pembuatan mebel. “Untuk bahan kan banyak dari limbah kayu. Saya juga belajar dari internet dan YouTube tentang bagaimana membuat panah tradisional. Setelah itu saya coba,” ujarnya.

Baca Juga : Jajal Sirkuit Mandalika, Presiden Jokowi Pakai Jaket Lokal Rp1,4 Jutaan

Dia membuat lima set busur dan anak panah. Mahmud menjualnya Rp350.000 untuk satu set busur dan anak panah. Tak disangka, Mahmud berhasil menjual tiga set panah tradisional melalui media sosial dan grup WhatsApp.

Dia menekuni pembuatan busur panah hingga produksi busur di tempatnya meningkat pesat pada 2017-2018. Dia menyebut penggemar olahraga panahan meningkat terutama saat turnamen panahan. “Saat itu, saya pun mulai menjual produk di marketplace. Dan memang terjadi peningkatan penjualan,” ungkap Mahmud.

Dalam satu pekan, dirinya bisa memproduksi 20 busur. Dia mengingat meraih omzet hingga Rp20 juta dalam satu bulan karena menjual 30 hingga 40 bow atau busur dan puluhan anak panah. Pembeli busur dan panah Mahmud tidak hanya dari Madiun. Tetapi, juga dari kota-kota besar lain, seperti Surabaya dan Solo. Bahkan ia sempat mengirim pesanan busur ke Papua.

Baca Juga : Google Angkat Kisah Sukses Jam Tangan Kayu Produk Bandung

Dia mengaku bisa membuat lima model busur, yaitu model Hungarian, Turkish, Tartar, Jemparing, dan Manchurian. “Tapi paling banyak pesanan ya dari daerah Madiun, Ponorogo, dan Ngawi,” ceritanya.

Pandemi Covid-19 sempat membuat produksi busur Mahmud terhenti selama enam bulan. Salah satunya karena tidak ada kompetisi panahan. Namun, kondisi membaik dua bulan terakhir. Pesanan mulai berdatangan. “Saya berkeyakinan bisnis di bidang ini akan terus tumbuh karena penghobi panahan semakin banyak.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya