SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Masuk musim penghujan, terjadi sejumlah bencana di Provinsi DIY akibat curah hujan yang meninggi.

Di Gunungkidul, tepatnya di Dusun Ngesrep, Pundungsari, Semin, Bukit Nggero retak, tujuh kepala keluarga terancam rumahnya ikut ambrol. Mereka terpaksa mengungsi.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Di Jogja dan Sleman, hujan deras pada Selasa (17/1) lalu menimbulkan banjir di sejumlah kawasan.  Ratusan rumah yang tersebar di Sleman, Kota Jogja dan Bantul terendam air.

Di Bantul, hujan pada Selasa (17/1) juga mengakibatkan banjir yang merusak sejumlah bangunan termasuk jembatan penghubung mobilitas warga di salah satu dusun di Imogiri. Total kerugaian di Kota Jogja saja, tercatat Rp7,2 miliar. Itu baru di Kota Jogja, belum kerusakan di empat kabupaten lain di Kota Jogja.

Bencana air bah atau tanah retak seperti terjadi belakangan memang tidak bisa ditebak kapan datangnya. Sama halnya penyakit pada manusia yang tiba-tiba datang menjangkit, bencana juga demikian. Ia menjadi sebuah misteri yang menjadi simbol keagungan Tuhan.

Namun bagaimanapun, agar tetap sehat, manusia bisa memakai kewaspadaan. Dari kewaspadaan ini lalu muncul tindakan antisipasi atau pencegahan-pencegahan. Jika antisipasi tidak berhasil, tindakan pengobatan secepatnya atau respons aktif harus dilakukan sebelum penyakit semakin parah.

Jika analogi hidup sehat, pencegahan dan penindakan penyakit ini dianalogikan pemerintah daerah dalam menyikapi bencana,  pemerintah daerah sepertinya tergolong tidak cekatan dalam menyikapi terjadinya bencana. Reaksi tidak secepat harapan. Padahal, sebagai pemerintah yang baik, sebuah skema penanganan bencana semestinya sudah disiapkan. Dengan demikian, penanganan bencana bisa cepat dilakukan.

Reaksi ini tentu menjadi keluhan warga masyarakat. Di Jogja misalnya,  sebagian warga memberikan kritikan kepada Walikota Jogja yang dinilai kurang perhatian terhadap warganya yang terkena musibah banjir.

Warga berpendapat banjir dan bencana seharusnya bisa diantisipasi jika ada perhatian dari pemerintah. Warga menilai bencana sebetulnya bisa diminimalisasi dampaknya jika pemerintah lebih sigap mengantisipasi dan cepat dalam merespons peristiwa.

Apa kiat untuk bisa mengantisipasi dan merespons peristiwa bencana itu? Cukup mendengar harapan warga korban bencana. Mereka sudah bosan melihat pemerintah datang melakukan survei, observasi dan lain sebagainya namun hasilnya tak kelihatan. Bencana tetap terus terjadi.

Kalau bencana sudah terjadi, harapan terbesar dari warga hanyalah pemimpin daerah bisa turun ke bawah, setidaknya merespons secara cepat, melihat langsung kondisi di lapangan. Ini yang agaknya belum dilakukan para orang nomor satu di Pemkot Jogja dan Gunungkidul khususnya saat bencana terjadi. Perhatian dan respons cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya