SOLOPOS.COM - Para pengemudi kendaraan dan warga terlihat berada di Tanjakan Irung Petruk, Minggu (22/5/2022) siang. Tanjakan tersebut selalu dipenuhi para pemuda-pemudi yang nongkrong. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Anda pernah jalan-jalan ke kawasan wisata Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di sepanjang jalan berkelok dari Kecamatan Cepogo hingga Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah?

Kalau jawaban Anda sudah pernah, berarti tidak asing dengan kelokan khas Cepogo dan Selo Boyolali hingga patung di salah satu tikungan menanjak. Ya, patung petruk.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Warga sekitar menamai salah satu tanjakan berkelok itu dengan tanjakan Irung Petruk atau Ipe. Tanjakan Irung Petruk berada di Desa Genting, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

Saat Solopos.com melewati tanjakan Irung Petruk pada Minggu (22/5/2022), terlihat banyak pemuda-pemudi duduk di pinggiran tanjakan Ipe. Aktivitas mereka tidak banyak. Hanya duduk-duduk atau menongkrong sambil minum minuman hangat.

Lantas, apa yang membuat mereka memilih tanjakan di tikungan Irung Petruk Boyolali sebagai spot nongkrong?

Baca Juga : 6 Rekomendasi Tempat Ngabuburit Keren di Boyolali, Yuk Cuz…

Salah satu pengunjung asal Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Nikita Wista, 15, mengatakan ia sudah berkali-kali mengunjungi tanjakan Irung Petruk.

“Sudah tak terhitung. Saya kalau nongkrong di Irung Petruk. Ini sih pas pulang. Tadi habis dari Jembatan Cinta Jrakah,” kata dia saat dijumpai Solopos.com di lokasi.

Ia mengaku mengunjungi Irung Petruk bersama kawan-kawannya. Dia menongkrong di Irung Petruk untuk refreshing atau healing.

Nikita mengatakan baru saja selesai Ujian Nasional (UN) SMP dan berniat berlibur bersama teman-temannya. “Alasan nongkrong di sini karena view-nya bagus. Kemudian makanan dan minuman di warung masih murah lah. Enggak ada tarif parkir juga,” jelasnya.

Baca Juga : Kini Ada Banyak Spot Selfie di Irung Petruk Boyolali

Alasan yang hampir sama diungkapkan warga Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Ayu Novita, 28. Alasannya menongkrong di tanjakan Irung Petruk karena ingin refreshing setelah bekerja.

“Kalau mau healing low budget ya di sini karena enggak ada tiket. Makanan dan minuman masih harga wajar. Terus bisa lihat pemandangan kota-kota kayak Boyolali dan Solo. Mereka jadi kelihatan kecil banget,” ungkap Ayu.

Ia mengatakan tujuannya dari rumah hanya ingin menongkrong bersama teman-temannya di tanjakan Irung Petruk.

Sementara itu, salah satu pedagang makanan dan minuman di dekat tikungan Irung Petruk, Yuni Asih, mengatakan menjajakan dagangan dengan harga normal. “Pokoknya harga normal. Kalau kopi ya Rp3.000 atau Rp4.000. Minuman gelasan Rp1.000. Normal pokoknya,” kata Yuni.

Baca Juga : Keistimewaan Boyolali, Aneka Kuliner Lezat hingga Ikon Monumen Dunia

Ia juga menyampaikan kadang-kadang ada tukang parkir pada momen tertentu, seperti tanggal merah dan akhir pekan. Tukang parkir itu selalu ada saat momen ramai pengunjung.

Ia mengaku sudah berjualan di dekat tikungan Irung Petruk selama 15 tahun. Tanjakan Irung Petruk hanya sepi semasa Covid-19.

“Ramainya itu di sini setiap pagi habis subuh. Biasanya pada lihat matahari terbit. Soalnya bagus pemandangannya pas pagi matahari terbit. Apalagi pas musim kemarau. Kemudian sore sehabis asar gitu ramai,” jelasnya.

Karena ramai sejak pagi hingga sore, Yuni pun membuka warung dari pukul 04.30 WIB hingga pukul 18.00 WIB.

Baca Juga : Deretan Tempat Wisata Baru di Selo Boyolali, Pemandangannya Wow

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya