SOLOPOS.COM - Ratusan orang ngalap berkah dengan berebut air bekas penyucian kelambu penutup makam Pangeran Samudro. Tradisi Larap Slambu diselenggarakan setiap tanggal 1 Suro, bertepatan dengan haul Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Desa Pendem, Sumberlawang, Sragen. Foto diambil, Kamis (15/11/2012). (Mahardini/JIBI/Solopos)

Ratusan orang ngalap berkah dengan berebut air bekas penyucian kelambu penutup makam Pangeran Samudro. Tradisi Larap Slambu diselenggarakan setiap tanggal 1 Suro, bertepatan dengan haul Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, Desa Pendem, Sumberlawang, Sragen. Foto diambil, Kamis (15/11/2012). (Foto: Mahardini/JIBI/SOLOPOS)

Puluhan anak-anak usia sekolah dasar duduk berjajar di tepi jembatan Waduk Kedung Ombo, salah satu akses menuju Gunung Kemukus yang terletak di Desa Pendem, Sumberlawang, Kamis (15/11/2012). Seolah sudah hafal dengan urutan tradisi tahunan Larap Slambu yang bakal berlangsung, mereka menyiapkan amunisi untuk mengisi uang jajan. Bekas botol air mineral, gayung, kaleng bekas cat, menjadi cangkul mereka hari itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketika iring-iringan Juru Kunci Makam Pangeran Samudro dan pembawa sesaji tiba di bibir waduk, puluhan anak-anak ini langsung siaga. Mereka bergerak lari turun ke medan berlumpur di bawah jembatan untuk mengambil air penyucian kelambu penutup makam Pangeran Samudro yang diyakini bertuah oleh sebagian peziarah makam.

Pembawa sesaji mulai menghanyutkan ubo rampe berupa kembang, pisang, salak, jeruk, rokok, kue jajan pasar. Ketinggian air di waduk saat itu sekitar 50 cm dan arus air sangat tenang sehingga sesaji tak mampu hanyut. Dengan sigap, anak-anak pemburu air bertuah dan para peziarah langsung berebut sesaji yang telah dilarung. Anak-anak lebih tertarik mengambil bunga dan memasukkannya ke dalam bekas botol air mineral, sedang para peziarah tertarik dengan sesaji buah-buahan.

Usai melarung sesaji, tiga orang juru kunci makam Pangeran Samudro mencelupkan tiga keranjang pembawa kelambu berwarna kelabu ke dalam waduk. Saat juru kunci mengangkat keranjang berisi kelambu tersebut, kerumunan pemburu air penyucian kelambu langsung menampung sisa air tersebut ke dalam wadah air yang mereka sediakan.

Juru kunci pembawa kelambu kemudian bergerak ke atas menuju pelataran Makam Pangeran Samudro, tempat mereka akan membilas kelambu yang telah selesai dicelup di tepi waduk. Dengan menyusuri anak tangga sejauh 500 meter, rombongan dikawal 16 pasukan bertombak yang berpakaian jawa lengkap.

Sesampainya di pelataran makan Pangeran Samudro, juru kunci membasuh kelambu ke dalam gentong yang berisi air dari tujuh mata air di Gunung Kemukus. Belum sempat mencelupkan kelambu ke dalam gentong, ratusan peziarah dan pemburu air penyucian kelambu langsung bergerak menuju tujuh gentong penampungan air. Kurang dari lima menit, gentong-gentong berisi 200 liter air tersebut langsung ludes.

Para peziarah yang sudah mendapatkan air, dengan segera membasuh air tersebut ke wajah mereka. Sebagian juga tak segan langsung meminumnya. Peziarah yang belum kebagian, mendatangi anak-anak warga desa sekitar yang menjajakan air dalam kemasan botol mineral dengan membayar Rp10.000 sampai Rp20.000.

Salah seorang peziarah asal Wonosobo, Diman, 37, mendapatkan air bekas penyucian kelambu yang ditampung dalam botol air mineral berisi 600 ml. “Saya hanya mendapat satu botol, ini sudah bersyukur. Air ini nantinya digunakan untuk simbah saya di rumah,” jelasnya.

Salah seorang anak yang menjual air bekas penyucian kelambu, Akbar Tri Wibowo, 12, mengaku menjual air yang ditempatkan di wadah air mineral 1,5 liter dengan harga Rp10.000. Dia bersama enam teman sebayanya, warga Desa Kedungnguter, Soka, Miri, berharap bisa mendapatkan tambahan uang saku dengan berjualan air yang dipercaya memiliki petuah oleh para peziarah.

Penjual air lainnya, Beri Eka Saputra, 9, mengaku berjualan air bekas penyucian sejak dua tahun yang lalu. Bersama dengan tiga teman sebayanya dari Desa Mudal, Soka, Miri, Beri menjual beberapa botol air bekas penyucian kelambu berisi 600 mlm seharga Rp10.000 sampai Rp20.000. “Tergantung yang mau membeli. Terkadang saya diberi lebih. Kalau laku uangnya mau saya gunakan untuk jajan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya