SOLOPOS.COM - Objek wisata air Umbul Pelem di Klaten. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Pengelola objek wisata air di Kabupaten Klaten mulai kewalahan membiayai perawatan sarana dan prasarana objek wisata setelah berbulan-bulan tutup dan tak ada pemasukan akibat pandemi Covid-19.

Dana cadangan mereka pun kian menipis bahkan minus. Selain membiayai perawatan, hasil pendapatan dari pengelolaan objek wisata digunakan untuk membiayai kegiatan sosial salah satunya premi asuransi jaminan kesehatan warga.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebagai informasi, objek wisata di Kabupaten Klaten kerap tutup sejak ada pandemi Covid-19 hingga pendapatan dari pengelolaan objek wisata seret. Kali terakhir ini objek wisata sudah tutup selama tiga bulan atau sejak Juni 2021.

Baca Juga: Dahsyatnya Bakso Tumpeng Merapi Glodogan Klaten, Lelehan Sambelnya Meledak di Mulut

Kondisi itu seperti yang dialami Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Tirta Sejahtera, Desa Pluneng, Kecamatan Kebonarum, Klaten, yang mengelola objek wisata air Umbul Tirtomulyono dan Umbul Tirtomulyani.

“Mau tidak mau perawatan harus dilakukan karena airnya tidak hanya dimanfaatkan untuk wisata tetapi untuk kegiatan lain seperti perikanan dan Pamsimas,” kata Direktur BUM Desa Tirta Sejahtera, Agus Hariyanto, saat dihubungi , Rabu (22/9/2021).

Karyawan Kerja Bergiliran

Agus menjelaskan karyawan objek wisata masuk bergiliran untuk tetap melakukan perawatan. Saban hari setidaknya ada lima petugas yang melakukan perawatan di dua objek wisata air Klaten tersebut mulai dari pembersihan taman hingga perawatan kolam renang.

Baca Juga: Berbulan-Bulan Nunggu, Siswa SLB-B YAAT Klaten Senang Bisa Sekolah Tatap Muka

“Pengeluaran untuk perawatan sebenarnya kami semi-sosial. Bagaimana pun caranya agar karyawan itu tetap mendapatkan penghasilan. Untuk piket perawatan itu per orang Rp50.000. Per bulan juga kami berupaya memberi dana sosial kepada karyawan Rp200.000,” kata Agus.

Agus menjelaskan dana perawatan tersebut saat ini mengandalkan suntikan dana pinjaman dari pihak ketiga untuk kegiatan perawatan tersebut. Jika penutupan terus berlangsung, Agus khawatir pengelola tak bisa bertahan lagi dan mungkin kian menambah utang ke pihak ketiga.

Soal kegiatan Bumdes menanggung premi jaminan kesehatan warga, Agus mengatakan ada 120 warga yang iuran preminya ke Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebelumnya ditanggung BUM desa mengandalkan hasil pendapatan objek wisata.

Baca Juga: Warga di Jatinom Klaten Tak Pakai Masker Dihukum Menghafal Pancasila & Nyanyi Lagu Wajib

Program itu sudah bergulir sejak 2018 lalu. Lantaran pandemi Covid-19 hingga berdampak pada sering tutupnya objek wisata air di Klaten, iuran premi tersebut kini dialihkan untuk ditanggung pemerintah desa.

Dana Simpanan Habis Akhir September

Sumber dananya diambilkan dari pendapatan lain seperti hasil persewaan tanah kas desa pada 2021. “Kalau 2020 itu premi jaminan kesehatan masih ditanggung Bumdes dan sudah kami bayarkan untuk setahun,” urainya.

Kewalahan membiayai perawatan objek wisata juga dialami Bumdes Mahanani Desa Manjungan, Kecamatan Ngawen, Klaten, yang mengelola objek wisata air Umbul Susuhan. Dana simpanan yang mereka miliki mulai menipis dan diperkirakan habis pada akhir September ini.

Baca Juga: Alasan Miliarder Klaten Bangun Musala: Saya Lihat Petani Salat di Bawah Pohon

“Kalau [penutupan objek wisata] masih diperpanjang lagi, ya kalau tidak pinjam dari desa, kebutuhan biaya kami andalkan dari pinjam dari dana pribadi pengelola,” kata Direktur BUM Desa Mahanani, Affan Fauzan Pahwali.

Sama halnya dengan pengelolaan objek wisata air lain, Bumdes Mahanani tetap mengeluarkan biaya rutin perawatan Umbul Susuhan. Selain itu, BUM desa mengeluarkan biaya untuk membayar premi jaminan kesehatan sekitar 63 warga.

Tunggu Instruksi Gubernur

Per bulan, biaya yang dikeluarkan untuk membayar premi tersebut setidaknya mencapai Rp2,2 juta. Affan dan Agus berharap Pemkab Klaten mengizinkan pembukaan kembali objek wisata meski dengan pembatasan ketat.

Baca Juga: Warung Makan di Wisata Air Klaten Sudah Buka Lur.. Tapi Umbulnya Masih Tutup

Hal itu tak lain untuk menjaga keberlangsungan pengelolaan objek wisata. Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Klaten, Sri Nugroho, mengatakan pemkab masih menunggu instruksi terbaru dari gubernur menindaklanjuti perpanjangan PPKM guna membuka kembali objek wisata.

“Perlu kehati-hatian jangan sampai nanti timbul klaster baru,” kata Sri Nugroho. Agar aktivitas tak vakum, Sri Nugroho menyarankan pengelola bisa mengaktifkan usaha kuliner di objek wisata.

“Bagi yang ada rumah makan dan kuliner lainnya itu bisa diaktifkan dulu, tidak masalah. Tetapi, untuk kolam renang belum difungsikan dulu,” kata Nugroho.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya