SOLOPOS.COM - Beronjong kayu di motor Penjaja Makanan Tandon (Pekadon) dipenuhi aneka makanan di Dusun Tandon, Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Selasa (23/8/2022). Aneka makanan di motor Pekadon itu siap dijajakan berkeliling di daerah setempat. (Solopos.com/Luthfi Shobri M)

Solopos.com, WONOGIRI — Jalanan cor di Dusun Tandon, Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, mulai ramai didatangi pengendara motor berberonjong kayu di jok belakang, Selasa (23/8/2022) sekitar pukul 05.30 WIB. Tak lama berselang, mereka disambut sejumlah ibu-ibu pembawa makanan siap saji

Salah satu pengendara motor, Neni, 39, tak dapat menghitung total makanan yang dititipkan di beronjong motornya. Hanya, ia mencatat siapa saja warga yang menitipkan makanan kepadanya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Hal itu mulai dari nasi pecel, bakmi goreng, bihun, hingga jajanan pasar. Setelah terkumpul, menu makanan itu diedarkan Neni ke perkampungan warga di sekitar Dusun Tandon.

“Saya biasanya ke Joho Lor dan perumahan di daerah Brumbung. Banyak yang sudah langganan di sana karena sudah cukup lama jualannya. Saya jual keliling sampai pukul 09.00 WIB. Habis enggak habis, saya pulang jam segitu. Keuntungan bersih yang saya peroleh senilai Rp50.000 per jualan itu,” kisah Neni.

Total penjaja makanan di Dusun Tandon berjumlah 10 orang. Sama seperti Neni, sembilan penjaja lain itu setiap pukul 05.30 WIB berkumpul dengan sepeda motor berberonjong kayu di jok belakang. Seluruh penjaja itu dikenal dengan akronim Pekadon, yakni Penjaja Makanan Tandon.

Baca Juga: Kenapa Kabupaten Wonogiri Dikenal Penghasil Mete? Ini Jawabannya

Pekadon terbentuk dari ide kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS) di dusun setempat. UPPKS Dusun Tandon juga menamai pembuat makanan yang menitipkan makanannya ke Pekadon dengan nama Produk Makanan Tandon (Promadon). Sedangkan penjual makanan yang menetap di satu tempat dinamai Warung Tandon (Wardon).

Ketua UPPKS Dusun Tandon, Sri Rahayu, menyebut jumlah anggota Wardon, Pekadon, dan Promadon, atau persatuan pengusaha di tingkat Dusun Tandon berjumlah 40 orang. Rinciannya, sebanyak 20 Promadon, 10 Pekadon, dan 10 Wardon.

Hampir setiap hari, aktivitas usaha mereka dimulai pada pukul 05.30 WIB hingga sore hari. Pembentukan persatuan pengusaha di tingkat dusun itu sudah sejak 2014.

“Mulanya ibu-ibu di sini banyak yang suka bikin masakan. Daripada enggak punya kerjaan dan ibu-ibu itu biar punya penghasilan tambahan [membantu suami], dibentuklah Promadon, Pekadon, dan Wardon,” ujarnya.

Baca Juga: Kelompok Tani Wanita di Wonogiri Ciptakan Kemandirian Pangan, Begini Bentuknya

Selang beberapa tahun setelah dibentuk, pengusaha kecil berjumlah 40 orang itu mendapat bantuan dari Dinas Sosial (Dinsos) Wonogiri. Sekitar empat tahun lalu, Dinsos menggelontorkan bantuan Rp700.000 per pengusaha. Bantuan itu di antaranya dijadikan modal membuat beronjong kayu yang dipakai Pekadon menjajakan makanannya ke warga sekitar.

“Mulai dari tempe keripik, tempe biasa, ayam goreng, nasi pecel, dan sayur matang. Selain menjajakan, mereka juga menerima pesanan dalam jumlah banyak. Hasilnya alhamdulillah, ibu-ibu yang tadinya hanya hobi masak sekarang jadi punya penghasilan tambahan,” kata Sri Rahayu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya