SOLOPOS.COM - Dr. Hanna Arini Parhusip, Dosen Matematika UKSW, memamerkan motif batik dari rumus matematika buatannya. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Solopos.com, SALATIGA — Sebagian orang menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit karena banyak rumus yang harus dihafalkan.

Berangkat dari itu, salah seorang dosen Matematika di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Dr. Hanna Arini Parhusip, menemukan cara unik agar orang-orang tidak lagi menganggap matematika itu sulit.

Dia membuat rumus matematika menjadi gambar yang estetik. Kemudian, gambar-gambar rumus matematika itu diaplikasikan dalam bentuk suvenir, tote bag, dan batik.

Hanna bersama tim dosen menggagas batik inovasi matematika dan Ornament Decorative Mathematics (Odema) melalui Program Pengembangan Usaha Produk Intelektual Kampus (PPUPIK).

Saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Hanna mengaku sudah menjadi dosen matematika 25 tahun. Dia mengakui kesulitan jika ada dana hibah untuk penelitian. Menurutnya matematika hanya identik dengan rumus-rumus.

Baca Juga : UKSW Salatiga Datangkan Tipe-X Hibur Mahasiswa Baru

Alhasil, pada tahun 2020, dia memberanikan diri merubah mindset bahwa hasil penelitian matematika harus ada bentuk lebih nyata.

“Dulu kami punya gambar-gambar namun hanya berhenti di laptop. Kami ingin bagaimana caranya anak-anak itu menyukai matematika. Nah yang dekat dengan kita itu batik,” jelas Hanna kepada Solopos.com, Senin (26/9/2022).

Gandeng Perajin Batik

Rumus matematika dimasukkan dalam software Surfer sehingga muncul gambar-gambar estetik. Gambar itu kemudian dijadikan pola atau motif batik yang diberi nama Odema.

Saat ini sudah beragam pola gambar yang dibuatnya menggunakan rumus matematika. Gambar itu kemudian diberikan ke perajin batik untuk dibuat menjadi motif batik. “Proyek itu harus ada kekayaan lokal. Kami perbarui,” ungkapnya.

Baca Juga : Mantap! 5 Mahasiswa UKSW Dikirim Kuliah ke Universitas Top Luar Negeri

Lebih dari sepuluh perajin batik dilibatkan, mulai dari Salatiga, Solo, Yogyakarta, dan Semarang. Dia mengakui tidak banyak perajin batik bisa memahami konsep rumus matematika.

Beruntung, tuturnya, ada salah satu pembatik yang cukup bisa memahami sehingga motif dari rumus matematika itu bisa dibuat dengan baik. “Jadi beberapa rumus itu kami berikan ke perajin. Kemudian, disempurnakan dengan sentuhan tangan pembatik,” ucapnya.

batik motif matematika uksw salatiga
Dr. Hanna Arini Parhusip, Dosen Matematika UKSW, memamerkan motif batik dari rumus matematika buatannya. (Solopos.com/Hawin Alaina)

Saat ini Hanna membeberkan proyek PPUPIK sudah memasuki tahun ketiga atau terakhir. Meskipun begitu, Hanna tidak mau apa yang telah ia buat selesai begitu saja.

Menurutnya, banyak perajin dan pelaku UMKM yang terlibat. Selain itu dana program tersebut mencapai Rp500 juta. Ia merasa malu jika programnya selesai begitu saja setelah proyek selesai.

“Masuk tahun ketiga habis. Kami kan malu ya. Padahal anak-anak muda dikasih satu juta bisa jalan [bisnis],” katanya.

Baca Juga : Meriahnya Karnaval Mahasiswa Baru UKSW Salatiga setelah 2 Tahun Absen

Akhirnya, batik dengan motif rumus matematika itu diperbanyak menggunakan dana terakhir. Kemudian, dikenalkan atau dijual di beberapa tempat, seperti Resto Bumi Kayom Salatiga, Malioboro, tempat wisata di Malang, dan beberapa tempat lain.

Mengenalkan Batik Motif Matematika

“Senang juga barang [batik] ada di situ daripada hanya dilipat. Ternyata bagus juga saat disandingkan dengan batik lain,” ungkapnya bangga.

Selain itu batik Odema juga pernah ditampilkan di tempat wisata Saloka. Walaupun penjualan tidak begitu signifikan, dia bertujuan mengenalkan batik itu ke masyarakat.

Selain menitipkan ke sejumlah toko, Hana juga melalui batik dengan motif rumus matematika itu secara online. Ada salah satu admin yang secara konsisten menampilkan batik-batik dengan rumus matematika di toko online.

Baca Juga : 4 Mahasiswa UKSW Ikut GlobEEs, Belajar Budaya Taiwan sampai Bikin Camilan

“Mulai marketplace sampai toko-toko online. Namun ada tantangan, yaitu perlu pengenalan lebih ke masyarakat. Batik ini hasil dari rumus matematika. Berbeda dengan batik lain. Sementra [memperkenalkan batik] masih di tempat terbatas, seperti kalangan kampus dan tempat wisata. Ada juga dari teman yang minta,” bebernya.

Dia menuturkan sedang membuat lebih banyak batik tahun ini dan akan dititipkan ke beberapa tempat lain. Tujuannya memperluas dan memperkenalkan batik rumus matematika.

“Testimoni orang juga cukup bagus. Salah satunya di stand Resto Bumi Kayom Salatiga,” ujarnya.

Hanna menawarkan batik rumus matematika itu Rp150.000. Dia optimistis bisa menjual batik rumus matematika itu lebih mahal karena tidak ada di tempat lain.

Baca Juga : Nggusah, Alat Pengusir Burung dari Panel Surya Bikinan Mahasiswa UKSW

Rekomendasi
Berita Lainnya