SOLOPOS.COM - Beras merah (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Warga Dusun Gangsalan Lor dan Gangsalan Kidul, Desa Nglindur, Kecamatan Girisubo memilih mengonsumsi segreng atau beras merah karena harga yang lebih terjangkau.

Salah seorang warga Mulyono menuturkan segreng yang dikonsumsi rata-rata merupakan hasil tanam para petani. Umumnya petani menyisakan sebagian hasil panen untuk dikonsumsi sendiri.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Ya memang begini keadaannnya. Dari dulu sudah pakai segreng karena nasi enak itu mahal,” papar dia kepada Harian Jogja, Sabtu (6/10/2013).

Mulyono menuturkan hampir semua warga di Desa Nglindur juga mengonsumsi beras merah. Ia mengaku sudah terbiasa sehingga bisa menikmati segreng meski di beberapa wilayah segreng umumnya untuk pakan ternak.

“Kalau mau makan nasi yang enak ya jual segreng dulu untuk beli beras,” papar dia

Petani lainnya Widodo mengungkapkan harga jual segreng berkisar antara Rp4.300-Rp4.400 setiap kilogram. Warga terlebih dahulu harus menjual satu karung segreng untuk dibelikan setengah karung beras.

“Satu karung kira-kira bersi 25 kilogram. Hasil penjualannya bisa digunakan untuk membeli setengah karung beras yang harga per karunganya Rp225.000,” tutur dia.

Sugito menuturkan segreng merupakan tanaman pangan yang paling cocok ditanam di Nglindur. Pasalnya Desa Nglindur merupakan desa yang selalu kekurangan air ketika musim kemarau. Selain masalah air, tanaman segreng juga lebih tahan terhadap serangan hama padi.

“Tanaman padi itu kan butuh air yang sangat banyak sedangkan daerah kami sangat sulit air. Tidak ada sumber air juga jadi ya mau bagaimana lagi,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya