SOLOPOS.COM - Salah seorang pegawai kios beras di Pasar Wates sedang menimbang beras, Selasa (24/6/2014). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, KULONPROGO – Beras premium dengan kualitas unggul memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Sayangnya, beras-beras premium produksi Kulonprogo masih terkendala pengolahan dan pemasaran. Hal itu diungkapkan Bagian Unit Distribusi Gabungan Kelompok Tani Karya Sejahtera Nanggulan Paulus Sosiandaru Jaka Parikenan. Dari sisi pengolahan gabah, kelompok ini masih cukup sulit untuk mempertahankan kualitas gabah yang diolah.

“Tidak semua petani itu melakukan pengolahan gabah secara teratur. Terkadang, masih ada petani yang gabah kering gilingnya tidak langsung dijemur usai dipanen. Kualitasnya jelas berbeda dengan yang langsung dijemur setelah panen,” papar Kenan kepada Harianjogja.com, Senin (25/8/2014).

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Untuk mempertahankan kualitas produk beras premium, kelompok tani inipun bergantung pada Gabah Kering Basah(GKB) untuk dikeringkan sendiri. Kenan mengungkapkan langkah inipun juga masih sulit dilakukan, karena ketersediaan beras di Nanggulan hanya ada setiap panen saja. Sementara produksi beras harus tetap berkesinambungan.

“Kalau tidak panen, ya, tidak ada beras. Jadi kadang untuk memenuhi permintaan pasar yang sudah ada kami harus ambil dari luar Nanggulan,” ungkap Kenan.

Kenan memaparkan produksi beras premium di kelompok ini rata-rata per harinya sebanyak dua ton. Kapasitas produksinya baru mampu sebanyak itu. Jenisnya pun terbagi dua yakni beras premium dan kualitas di atas premium. Kualitas di atas premium melalui proses yang lebih rumit untuk menghasilkan kualitas beras yang lebih jernih.

“Selain di proses produksi, kami juga masih terkendala pasar. Kami membutuhkan pasar yang bisa berkesinambungan, karena kondisi harga beras sering fluktuatif,” imbuhnya.

Saat ini pasar beras kualitas unggul asal Kulonprogo ini sebagian besar menyasar DIY dan Magelang, Jawa Tengah. Untuk dapat mempertahankan pasar produk ini, Gapoktan yang terdiri dari 13 kelompok tani ini mencoba membidik usaha-usaha makanan seperti restauran cepat saji. Pasalnya, pasar ini cenderung lebih stabil untuk terus disuplai beras.

Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kulonprogo Bambang Tri Budi Harsono menambahkan saat ini produktivitas beras premium ini masih relatif rendah. Sebagian besar produksi beras masih difokuskan untuk memenuhi produksi beras kualitas medium. Apalagi harga beras premium juga lebih mahal. Harga jual di pasaran bisa mencapai Rp10.000 per kilogram.

“Hal ini karena pengolahannya juga rumit dan harus sesuai dengan standar penanamannya. Bila beras tersebut diolah secara organik, maka harganya bisa sangat mahal. Sementara ini produksinya juga masih rendah, belum sampai 20 persen,” tandas Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya