SOLOPOS.COM - Petani di Bambanglipuro memisahkah kotoran yang terbawa dark proses panen dengan gabah hasil panen.(Harian Jogja/Catur Dwi Janati)

Solopos.com, BANTUL – Produktivitas tahunan padi di Kabupaten Bantul, terhitung surplus. Impor beras ditakutkan akan menurunkan harga jual beras petani lokal.

Kepala Bidang Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul, Imawan Eko Handriyanto memaparkan dalam satu tahunnya petani Bantul menghasilkan kurang lebih 198.000 ton gabah kering giling.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kalau gabah kering giling [GKG] umumnya berada di Bantul. Tetapi nanti kalau sudah jadi beras sudah kemana mana. Sudah ke pedagang, ada sebagian di rumah untuk konsumsi sendiri,” tuturnya pada Kamis (25/3).

Secara rinci Imawan menerangkan 198.000 ton gabah kering giling bila dikonversikan dapat menjadi 100.000 ton beras. Jumlah tersebut sudah cukup memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Bantul.

“Sudah cukup, karena konsumsi kita 70.000 ton beras. Kalau kita tadi 198.000 gabah dikonversi ke beras kira-kira 100.000 ton, 50 persennya dari gabah kering. Jadinya 100.000 ton beras dikurangi 70.000 ton plus minus kita surplus 29.000 ton beras. Surplusnya sekian itu,” tandasnya.

Baca jugaCari Korban Lewati Aplikasi Kencan dan Mengaku Kasatreskrim, Pria Bantul Ini Cabuli 4 Wanita

Dapat Bersaing

Imawan tak menampik bila impor beras dapat berpengaruh terhadap harga beras petani lokal. Dirinya berpijak pada teori supply and demand. Impor bakal memambah kuantitas suplai beras. Bila tak diringi naiknya permintaan atau demand, dikhawatirkan harga beras petani Bantul akan turun.

“Logika secara umum, iya berpengaruh. Karena itu menambah suplai di pasar, menambah suplai barang beras. Sehingga suplainya bertambah, kalau permintaanya tetap itu nanti barang atau beras menurun [harganya], logikanya,” tuturnya.

Padahal dijelaskan Imawan beras Bantul memiliki kualitas dan kuantitas yang cukup bersaing. Kualitas yang baik bisa dicapai karena penjaminan mutu yang telah dilakukan beberapa Gapoktan di Bantul. “Proses penjaminan mutu mengarah ke beras berkualitas terus kita lakukan, pada beberapa Gapoktan itu sudah mengarah ke mutu dengan memakai sertikat Pangan Dalam negeri (PD) itu ada prosedurnya,” tegasnya.

“Beras Bantul dari segi jumlah maupun mutu dapat bersaing. Tinggal kita harus bermitra supaya beras Bantul ini bisa dikonsumsi masyarakat segenap lapisan dan bisa diterima,” tandasnya.

Baca jugaMayat di Wisma Sermo Kulonprogo Diduga Korban Pembunuhan

DPRD Bantul

Ketua DPRD Bantul, Hanung Raharjo menyoroti wacana impor beras yang bakal dilakukan pemerintah pusat. Menurutnya impor beras akan mempengaruhi daya beli beras lokal. Kebijakan ini dapat membuat tengkulak mengurangi kuantitas pembelian beras dari petani. Akibatnya beras petani tidak bisa diserap optimal sehingga beras banyak yang tak terjual dan menumpuk di lumbung penyimpanan.

“Tak sampai di situ, paling parah nanti harga beli gabah atau beras dari petani ke tengkulak bisa anjlok karena suplainya banyak,” ujarnya

Jika hal di atas terjadi Hanung mengkhawatirkan nasib kesejahteraan petani. Di Bantul tak semua petani memiliki lahan yang luas. Modal budidaya padi pada suatu musim tanam pun acap kali didanai dari hasil panen musim tanam sebelumnya.

Baca juga: Bulog Cabang Semarang: Stok Beras Ramadan dan Lebaran Aman

“Sehingga bila beras hasil panen musim tanam Maret-April di Bantul nanti anjlok karena impor, maka di musim tanam berikutnya petani terancam tak punya modal. Itu pun dihitung belum biaya yang dikeluarkan petani untuk hidup sehari-hari,” tandasnya.

Menimbang banyaknya potensi buruk yang dapat dimunculkan, terlebih melihat fakta kuantitas beras bantul yang Surplus, Hanung menolak wacana impor beras tersebut. Dia berharap kebijakan tersebut dapat dibatalkan sehingga petani Bantul tidak terdampak kedepannya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya