Solopos.com, MINNESOTA - Kematian George Floyd telah memicu kemarahan publik di Minnesota, Amerika Serikat. Aksi protes menjadi tak terkendali saat para penjarah memasuki pusat perbelanjaan dan area publik di Minneapolis, Minnesota.
Cerita Pilu Wanita Amerika, Melahirkan Sehari Setelah Dinyatakan Positif Covid-19
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
George Floyd, pria kulit hitam berusia 46 tahun, tewas usai lehernya ditekan oleh lutut Derek Chauvin, seorang polisi. Chauvin adalah salah satu dari empat polisi Minneapolis yang menahannya.
Dilansir New York Times, George ditangkap karena diduga melakukan transaksi memakai uang palsu senilai US$20 (Rp292.000) pada Senin (25/5/2020).
Penangkapan George yang terekam dalam sebuah video yang menjadi viral. Video tersebut memperlihatkan Chauvin menekan leher George, yang saat itu dalam keadaan sedang diborgol dan menelungkup di pinggir jalan.
Perusahaan Amerika Bikin Robot Pembunuh Virus Corona
Aku Tak bisa Bernapas
Dalam video itu terlihat George berkali-kali merintih kesakitan dan mengaku sulit bernafas. Ia bahkan sempat menangis dan memanggil ibunya sesaat sebelum tewas. "Lututmu di leherku. Aku tidak bisa bernapas... Mama. Mama," ujar George diiringi dengan rintihan sebelum tewas.
Viralnya video ini membawa gelombang protes di Minnesota.
Protes melanda sejumlah kota besar Amerika pada Kamis (28/5/2020), dengan kerumunan turun ke jalan untuk menuntut tindakan kebrutalan polisi dan pertanggungjawaban atas beberapa kematian warga kulit hitam di tangan mereka.
Minneapolis dan St. Paul, yang dikenal sebagai "Kota Kembar" di Minnesota, dipenuhi oleh protes besar.
Terungkapnya Kasus Pertama Corona di Amerika dan Kontroversi Respons WHO
Unjuk rasa yang digelar pada Rabu malam itu dimulai dengan damai, namun berubah menjadi baku tembak dan aksi pembakaran. Sekitar 30 gedung dilaporkan terbakar, sementara sejumlah bangunan lainnya rusak, imbuh laporan tersebut.
Untuk mengantisipasi unjuk rasa lainnya pada Kamis, para pejabat setempat mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan pusat komando yang akan memungkinkan berbagai departemen berkomunikasi dengan lebih efisien, baik di kalangan mereka sendiri maupun dengan wilayah hukum lain yang mungkin memberikan bantuan.
Meluas ke Banyak Daerah
Kematian Floyd memicu seruan untuk menuntut keadilan di seluruh AS seiring berbagai aksi demonstrasi terkait kematiannya pecah di beberapa kota AS lainnya, termasuk Los Angeles dan Memphis, pada Rabu malam waktu setempat.
Sedangkan di Memphis, Tennessee, pengunjuk rasa berbaris melalui tengah kota selama beberapa jam. Mereka mengangkat tulisan yang menuntut keadilan bagi beberapa orang kulit hitam Amerika terbunuh belum lama ini, yakni George Floyd, Ahmaud Arbery, dan Breonna Taylor.
Amerika Sebut China Cari Untung dari Pandemi Virus Corona
Protes juga meningkat menjadi kekerasan di Louisville, Kentucky, tempat Breonna Taylor tinggal dan ditembak mati oleh polisi pada bulan Maret lalu. Penasihat khusus polisi Jessie Halladay mengatakan polisi menembakkan tembakan di tengah kerumunan selama protes tersebut.
Protes juga terjadi di kota-kota lain seperti Denver, Colorado, dan Phoenix, Arizona.
Wali Kota Minneapolis Jacob Frey meminta bantuan usai kerusakan dan penjarahan besar-besaran terjadi di tengah kerusuhan pada Rabu malam waktu setempat.
"Kematian George Floyd harus mendorong keadilan dan perubahan sistemis, bukan lebih banyak kematian dan kehancuran," tutur Walz dalam pernyataannya.
Fakta Sering Ingat Wajah Lupa Nama, Begini Cara Mengatasinya
"Inilah saatnya untuk membangun kembali. Membangun kembali kota ini, membangun kembali sistem peradilan kita, dan membangun kembali hubungan antara penegak hukum dan pihak yang harus mereka lindungi," imbuh sang gubernur.