SOLOPOS.COM - Aktivitas di TPI Tegal Sari Kompleks Pelabuhan Tegal, Kamis (29/4/2021). (Andhika wahyu)

Ekspedisi Tol Trans Jawa

Solopos.com, TEGAL -- Perjalanan ikan dari lautan sampai terhidang di meja makan rupanya tak segampang perkiraan. Butuh usaha yang tidak sedikit, mulai dari menyewa kapal, mengisinya dengan bahan bakar, menyiapkan perbekalan, memilih awak, menjaring di tengah lautan, lalu kembali dan membongkar muatan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Setelahnya, masih harus lewat proses lelang, diangkut truk ekspedisi, kemudian dibawa ke pasar dan dijual eceran. Sedikitnya itu adalah gambaran yang bisa disaksikan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tegalsari, Kota Tegal, Jawa Tengah, Kamis (29/4/2021).

Aktivitas di PPI Tegal Sari Kompleks Pelabuhan Tegal,. (Andhika Wahyu)
Aktivitas di PPI Tegal Sari Kompleks Pelabuhan Tegal,. (Andhika Wahyu)

Puluhan kapal berukuran sedang mendarat di pangkalan itu dan membongkar muatan. “Butuh waktu 2-3 bulan bagi kapal untuk menjaring ikan sesuai targetnya. Sekali berangkat modalnya Rp800 juta sampai Rp1 miliar. Biaya itu untuk solar dan perbekalan,” terang salah satu juragan kapal di PPI Tegalsari, Aris, kepada Espos, Kamis.

Baca Juga : Tol Trans Jawa Bikin Kawasan Industri Batang Gampang Diakses

Aris menyebut untuk kapal ukuran panjang 17 meter membutuhkan solar sekira 40 ton-50 ton. Kapal seukuran itu membutuhkan awak sebanyak 20-25 orang. Selama 2-3 bulan melaut, mereka bisa membawa pulang ikan minimal 10 ton.

Proses pembuatan kapal di Tegal. (Andhika Wahyu)
Proses pembuatan kapal di Tegal. (Andhika Wahyu)

“Tidak mesti berapa banyak, tapi nelayan di sini lebih suka mendapatkan cumi-cumi karena harganya yang lebih mahal. Kalau dapat cumi-cumi lebih banyak, pendapatan mereka juga lebih banyak,” bebernya.

Juragan kapal lain, Rudi Hartono, mengatakan biaya Rp1 miliar itu untuk kapal ukuran 30 GT (gross tonnage/tonase kapal) dengan alat tangkap cantrang tradisional. Kalau selama dua bulan mereka dapat ikan 10 ton dan lelangnya kena Rp1,5 miliar maka pendapatan kotornya Rp500 juta.

Pekerja menurunkan ikan hasil tangkapan. (Andika Wahyu)
Pekerja menurunkan ikan hasil tangkapan. (Andika Wahyu)

Nilai itu dipotong biaya pelelangan, biaya bongkar muat, dan sebagainya tersisa Rp400 juta dibagi lagi kepada pemilik kapal, lalu sampai di anak buah kapal per orangnya masing-masing bisa Rp10 juta- Rp15 juta, tergantung keterampilannya,” ucapnya.

Rudi menyebut saat ini terdapat seribuan kapal berbagai ukuran yang terdaftar di Kota Tegal, di mana 800-an di antaranya adalah kapal berukuran di atas 30 GT. Jenis ikan yang ditangkap dengan alat cantrang tradisional ada 20-an, di antaranya pari, kuniran, swanggi, layur, kapas-kapas, tigawaja, cendro, selar kuning, peperek, manyung, kerapu, kakap merah, dan sebagainya. Ikan-ikan itu banyak yang didistribusikan ke luar daerah melalui jalur darat.

Istri nelayan Tegal mengolah ikan hasil tangkapan. (Andhika Wahyu)
Istri nelayan Tegal mengolah ikan hasil tangkapan. (Andhika Wahyu)

Bahkan, tak sedikit pula yang diekspor ke luar negeri. Tegal enggak punya pelabuhan kontainer, sehingga kalau mau kirim ikan ke luar negeri dan luar pulau, lewatnya Jakarta, Surabaya, dan Semarang.

Baca Juga : Efek Pembangunan Tol Trans Jawa Bisa Angkat Potensi Lokal

“Jadi, kami bawa dulu lewat jalur darat Tol Trans Jawa ke tiga daerah itu untuk kemudian didistribusikan atau diekspor. Tapi, banyak pula perusahaan yang mengolahnya terlebih dahulu baru kemudian diekspor,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya