SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Pemahaman keagamaan mahasiswa di perguruan tinggi umum beragam. Hal ini terlihat dalam berbagai hal, seperti struktur yang membidangi pendidikan agama Islam di kampus, organisasi ekstra  di lingkungan kampus, cara berpakaian. tema kajian, serta pandangan mahasiswa terhadap isu-isu keagamaan dan kebangsaan.

Berdasarkan penelitian dari Tim Peneliti Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan yang dipublikasikan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, beragamnya struktur yang membidangi pendidikan agama Islam di kampus di antaranya adalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI), PAI-1 dan PAI-2, Asistensi Agama Islam (AAI), Pendidikan Karakter Berbasis Agama, LDK universitas dan fakultas, UKM bernuansa agama, serta Tahun Pertama Bersama (TPB) yang memiliki implementasi berbeda pada masing-masing perguruan tinggi umum.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Organisasi ekstra kampus yang diikuti oleh mahasiswa antara lain Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama (IPNU), Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Keluarga Majelis Tafsir Al Qur’an (Ikamta), Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathon (Hima NH), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), dan Gema Pembebasan.

Beragamnya cara berpakaian terutama bagi wanita dapat dilihat pada wanita yang tidak jilbab, mengenakan jilbab biasa, jilbab besar, dan cadar.

Variasi tema kajian dan/atau pengisi kegiatan keagamaan yang ada di kampus berpusat pada masalah tauhid, hijrah, dakwah, tema muslimah, dan tema-tema kekinian.

Dalam membuat program kegiatan, sebagian besar LDK menggunakan akronim yang unik, menarik, dan mudah diingat seperti kantin (kajian rutin), karisma (kajian rutin bersama), kalkulus (kajian keislaman plus), kaesar (kajian selepas ashar), kismala (kajian Islam tematik menjelang maghrib), smart (studi Islam of arek-arek teknik), kismis (kajian Islami muslimah inspiratif), kiswah (kajian Islam wanita Sholihah), dan naruto (ngaji rutin topik terkini), semusim (seminar muslimah), semai (semarak istiqomah), serta taman (taklim pekanan).

Keragaman pemahaman keagamaan mahasiswa juga terjadi pada isu-isu kebangsaan. Pada umumnya mahasiswa perguruan tinggi sadar akan pentingnya nilai-nilai kebangsaan. Akan tetapi, ditemukan pula pemahaman keagamaan mahasiswa yang tidak selaras dengan ideologi negara. Paham keagamaan yang dominan di kampus adalah cenderung bercorak jihadis,salafi, tarbiyah, dan populer.

Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh perguruan tinggi umum dalam mencegah masuknya radikalisme di kampus dilakukan melalui beberapa strategi yakni budaya, seleksi, dan kebijakan rektor.

Strategi budaya dilakukan melalui kearifan lokal (local wisdom) pada daerah tertentu, misalnya Huma Betang di Kalimantan Tengah. Strategi seleksi dilakukan melalui kontrol terhadap kegiatan keagamaan di kampus meliputi penceramah, mentor, khatib, atau pengisi kajian keagamaan.

Kebijakan rektor dilakukan sebagai tindakan preventif masuknya paham radikalisme ke dalam kampus. Beberapa yang sudah dilakukan misalnya dengan dengan tagline kampus benteng Pancasila, menyelenggarakan seminar kebangsaan, pendidikan karakter berbasis agama, dan Tahun Pertama Bersama.

Transmisi ajaran agama di kampus dilakukan melalui dua jalur yakni jalur internal kampus dan jalur eksternal. Pada jalur internal kampus pola transmisi ajaran agama dikembangkan dalam bentuk kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Kegiatan intrakurikuler dilakukan melalui pembelajaran mata kuliah PAI. Sayangnya, rasio dosen PAI dengan jumlah mahasiswa muslim tidak memadai sehingga banyak dosen non PAI yang diminta untuk mengampu mata kuliah PAI. Kegiatan kokurikuler dilakukan melalui sistem AAI, BTQ, dan tahsin.

Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan melalui LDK, UKM bernuansa keagamaan, dan strategi pembentukan budaya melalui tahun pertama bersama (TPB).
Jalur eksternal kampus dilakukan melalui organisasi ekstrakampus, ormas keagamaan, kos binaan (kosbin), pesantren, dan majelis taklim.

Pola transmisi keagamaan di kalangan mahasiswa banyak menggunakan website dan media sosial. Media sosial yang banyak digunakan adalah Instagram, Line, Whatsapps, Twitter, Facebook, dan Telegram. Selain itu menggunakan media lain seperti: Youtube, radio, dan media cetak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya