SOLOPOS.COM - Pemandangan Gunung Lawu berselimut awan dilihat dari jalan tembus Tawangmangu, Karanganyar. Foto diambil awal Februari 2017. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Keberadaan burung Jalak Lawu atau biasa disebut Jalak Gading di Gunung Lawu menjadi perhatian karena disebut kerap menuntun pendaki. Ada banya mitos yang berkembang di Gunung Lawu yang hingga kini diyakini banyak orang.

Beragam mitos di Gunung Lawu diulas Mirza Krisna Gita Pratiwi dari Universitas Negeri Surabaya dalam penelitian bertajuk Mitos-Mitos Di Gunung Lawu: Analisis Struktur, Nilai Budaya, dan Kepercayaan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penelitian itu dimuat dalam Strukturalisme Levi Strauss, Nilai Budaya, dan Kepercayaan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2017. Berikut sejumlah mitos tentang Gunung Lawu yang diulas dari penelitian tersebut.

Prabu Brawijaya

Mitos-mitos yang berkembang di gunung ini tidak bisa dilepaskan dari sosok Prabu Brawijaya. Dia disebut lari ke Gunung Lawu untuk menghindari kejaran dari anaknya yaitu Raden Patah.

Prabu Brawijaya disebut hilang atau muksa di puncak Lawu yang diberi nama Harga Dalem. Gunung Lawu terbagi menjadi 3 bagian yaitu Harga Dalem, Harga Dumiling yang menjadi tempat muksa oleh pengikut setia Prabu Brawijaya yaitu Sabdopalon, dan Harga Dumilah.

Baca Juga: Asal Mula Mitos Jalak Gading Bantu Pendaki Tersesat di Gunung Lawu

Masyarakat percaya bahwa Harga Dalem adalah tempat tersebut adalah tempat yang suci karena menjadi tempat menghilangnya Prabu Brawijaya. Di Harga Dalem terdapat sebuah tugu yang menandakan bahwa itulah tempat muksa dari Prabu Brawijaya dan juga tanda bahwa itulah puncak Gunung Lawu.

Sesuai mitos yang berkembang di Gunung Lawu, para sesepuh tidak mengujinkan untuk membangun makam yang mengatasnamakan Prabu Brawijaya karena mereka percaya bahwa beliau tidak meninggal melainkan muksa. Dibangunlah petilasan tempat muksa Prabu Brawijaya.

”Adanya tempat Pamoksan Prabu Brawijaya yang berada di Harga Dalem puncak Lawu, bukan berupa kuburan tetapi berupa petilasan. Prabu Brawijaya tidak meninggal di Gunung Lawu melainkan menghilangkan diri.”

Sunan Lawu

Salah satu mitos yang berkembang di Gunung Lawu adalah terkait Sunan Lawu. Dalam penelitian itu disebutkan awalnya Prabu Brawijaya sedang bertitah kepada kedua abdinya yaitu Dipa Menggala dan Wangsa Menggala.

Sebagai Sunan Lawu, Dipa Menggala mengemban tugas yang sangat berat untuk menjaga dan menjadi penguasa di Gunung Lawu hingga batasan-batasan yang diberikan oleh Prabu Brawijaya. Sedangkan Wangsa Menggala sebagai Kyai Jalak yang menjadi patih dari Sunan Lawu.

Mirza menyebut mitos di Gunung Lawu itu menunjukkan sikap kepahlawanan dari abdi-abdi Prabu Brawijaya dibuktikan dengan bagaimana mereka bersedia mengemban tugas yang berat untuk menjaga wilayah sesuai titah yang diberikan oleh Sang Prabu.

Baca Juga: Polantas Masuk Desa di Sragen, Mau Ngapain Ya?

Dalam mitos tersebut, masih sangat kental terdengar bahwa hingga sekarang Sunan Lawu dan Kyai Jalak melaksanakan tugasnya.

Sunan Lawu yang hanya bisa dilihat secara ghaib oleh orang-orang yang memiliki kelebihan supranatural juga masih melaksanakan
tugasnya dengan baik untuk menjadi penguasa Gunung Lawu dan hal ghaib sekitar serta batasan-batasan wilayah yang telah ditentukan.

Jalak Gading

Burung Jalak Gading ini disebut-sebut merupakan jelmaan dari Kyai Jalak atau Wangsa Menggala yang menjadi patih Sunan Lawu sudah menjadi mitos yang melegenda di Gunung Lawu.

”Wangsa Menggala sebagai Kyai Jalak yang sekarang berwujud sebagai burung Jalak Gading menjadi patih dari Sunan Lawu dan bertugas membantu para pendaki untuk mengarahkan jalan,”sebagaimana tertulis dalam penelitian itu.

Baca Juga: Ini Fakta Tentang Jalak Lawu, Burung Viral Penuntun Pendaki yang Tersesat

Mitos tentang Jalak Gading ini juga disinggung dalam penelitian berjudul Studi Identifikasi Keanekaragaman Hayati pada Habitat Jalak Lawu, Wilayah Lereng Gunung Lawu Kabupaten Magetan yang dimuat di Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan pada 2019.

”Burung Jalak Lawu ini dianggap keramat, bahkan ada kepercayaan bahwa para pendaki yang diikuti dan ditunjukkan jalan menuju Hargo Dumilah [puncak Gunung Lawu] oleh burung ini adalah para pendaki yang mendapatkan berkah dari Sunan Lawu.”

Pasar Setan

Mitos di Gunung Lawu tentang pasar setan juga berkembang di masyarakat. Dalam penelitian itu disebutkan tetang cerita warga yang menggambarkan keadaan pasar setan yang terdapat di jalan menuju puncak Gunung Lawu.

Pasar tersebut sering terjadi pada malam Jumat, apalagi Jumat Kliwon. Adanya pasar dengan kondisi tidak berwujud dan tidak terlihat tetapi terdengar suara seperti orang berjualan yang ada di pasar tradisional seperti biasanya membuat masyarakat terbiasa dengan adanya keadaan seperti itu.

”Adanya pasar setan tidak membuat masyarakat di sekitar Gunung lawu terganggu. Justru masyarakat sekitar menghormati hal tersebut dengan tidak mengusik keberadaan makhluk ghaib yang ada di tempat tersebut. Masyarakt juga tidak merusak bebatuan-bebatuan yang tertumpuk yang biasanya menjadi sumber suara pasar setan setiap malam Jumat tersebut.”

Baca Juga: Viral! Pendaki Gunung Lawu Tersesat, Lalu “Dituntun” Burung Jalak



Peneliti juga menyebut para pendaki juga sudah sangat hafal dengan suara-suara ghaib yang terdengar dari bebatuan tersebut adalah asal dari pasar setan Gunung Lawu.

Jika ada pendaki yang ditawari untuk membeli sesuatu oleh suara yang datang dari pasar tersebut, pendaki harus melemparkan uang berapapun saja dan memetik daun yang ada di sekitar sebagai gambaran dari proses jual beli seperti yang ada di pasar.

”Berbagai mitos yang terdapat di Gunung Lawu ini masih menjadi kepercayaan masyarakat sekitar maupun pendatang. Dengan kepercayaan tersebut, masyarakat dapat melestarikan warisan leluhur serta untuk menghormati leluhur,”sebagaimana terulis di akhir penelitian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya