SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO -- Gedung ini mengambil nama perdana menteri pertama Indonesia, Sutan Sjahrir. Tidak salah bila nama ini disebut Gedung Sjahrir karena gedung yang kini berada di kompleks Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat di Jakarta ini menjadi saksi bagaimana Sjahrir dan kawan-kawan berjuang mempertahankan kemerdekaan.

Nama Gedung Sjahrir dikenal karena oleh Presiden pertama Soekarno dijadikan kantor bagi delegasi Indonesia yang dipimpin Sutan Sjahrir untuk  mempersiapkan strategi dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sekitar delapan bulan, antara Mei - Desember 1949, gedung tua ini dijadikan kantor dan kediaman bagi delegasi Indonesia. Usaha  Sjahrir dan kawan kawan di KMB berhasil. Konferensi memberikan pengakuan kedaulatan Indonesia dari Belanda pada 27 Desember 1949.

Catat, Ini Lokasi dan Prosedur Tes Corona Gratis di Solo

Sjahrir memang tidak lepas dari perundingan ke perundingan selama perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Rosihan Anwar mencatat Sjahrir dinilai tak pernah menjadi antek Jepang. Karena itu, perundingan jadi dimungkinkan.

”Sebelum itu, pemerintah Belanda tidak menyetujui wakilnya berbicara dengan Presiden Soekarno, karena Soekarno dipandang sebaga penjahat perang," tulis Rosihan sebagaimana dikutip dari Liputan6.com.

Soekarno dianggap sebagai penjahat perang karena ikut dalam rezim fasis Jepang selama Perang Dunia II. Perundingan demi perundingan dilalui. Beberapa kali Sjahrir menjadi ketua delegasi Indonesia. Misalnya di perundingan Linggarjati.

Semua berujung di Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Desember 1949, saat terjadi pengakuan kedaulatan. Dan Gedung Sjahrir itulah yang menjadi saksi perjuangan Sjahrir dan kawan-kawan dalam menyusun strategi menghadapi perundingan.

Jadi Museum

Kini gedung tua itu baru tuntas direvitalisasi. Gedung Sjahrir diadikan museum "The Heritage Building". Di gedung itu sekarang dipajang instalasi pameran bersejarah menghormati peran bangunan ini dalam langkah Indonesia menuju kemerdekaan.

”Lebih dari 70 tahun yang lalu sekelompok delegasi yang dipilih oleh Presiden Soekarno tinggal dan bekerja di gedung bersejarah ini untuk mempersiapkan Konferensi Meja Bundar yang bersejarah di Den Haag, Belanda,” kata Duta Besar AS Joseph R. Donovan Jr. dalam upacara peresmian pada 22 Januari 2020 lalu.

”Hasil kerja mereka di konferensi tersebut, bersama dengan upaya ribuan orang Indonesia di seluruh nusantara, membuka jalan bagi kesepakatan yang akan berujung pada pengalihan kedaulatan ke Indonesia pada 27 Desember 1949.”

Sebaran ODP & PDP Corona Merata di Seluruh Wilayah Jateng

Sebagai bagian dari kompleks Kedubes AS yang baru, Duta Besar Donovan mengatakan Kedubes AS memiliki tanggung jawab khusus dalam melestarikan sejarah bangunan.

Dia menyebut peresmian “Gedung Sjahrir” tersebut melambangkan hubungan yang hangat seperti layaknya sahabat antara Amerika Serikat dan Indonesia yang sudah terjalin selama 70 tahun lamanya.

Gedung Sjahrir yang kini disebut Heritage Building awalnya dibangun pada abad-19 Masehi dengan gaya arsitektur Indische Woonhuis atau new Indies yang diadaptasi untuk iklim tropis di Indonesia.

Barat & Jawa

Gaya Indies adalah perpaduan antara arsitektur Barat dan Jawa yang ditandai oleh tata letaknya dengan langit-langit tinggi, dinding yang tebal, dan lantai marmer.

Sebagaimana dikutip dari indonesia.go.id, gedung ini merupakan bangunan satu lantai dengan fondasi tinggi dan dilengkapi bingkai jendela dengan dua daun jendela.

Juga memiliki galeri terbuka dibagian depan dan belakang yang diapit oleh pilar-pilar ala Yunani. Di bagian depan gedung memiliki pilar persegi empat (pilaster) ala Tuskani yang membingkai jendela dan pintu. Ada pula tiang besi dengan ornamen melengkung.

Beranda lapang di bagian depan dan belakang gedung ini bertujuan untuk meningkatkan aliran udara ke bagian dalam dan melindunginya dari panas dan hujan tropis.

Fitur ini diadaptasi dari tradisi pringgitan dari Jawa yang biasanya dilengkapi dengan amben bambu untuk berbaring saat senja yang panas.

Gedung ini awalnya dibangun sebagai sebuah vila mewah di kawasan yang saat itu disebut Koningsplein. Kawasan ini dikembangkan pada abad ke-19 sebagai kawasan eksklusif di mana para elite tinggal.

Gedung sempat pindah kepemilikan sebelum akhirnya dikuasai Soekarno untuk kantor delegasi Indonesia dalam mempersiapkan perundingan dengan Belanda pada 1949.

Ternyata Ini Foto Asli Soeharto Naik Nmax

Setelah digunakan sebagai kantor Sjahrir dan kawan kawan, gedung ini kemudian dijadikan kantor perwakilan pemerintah AS di Jakarta tahun 1952.



Pada saat yang sama Keduataan AS juga membeli tanah di sebelahnya untuk dibangun menjadi Kedutaan Besar AS yang pembangunannya selesai 1958.

Sejak 1958, Gedung Sjahrir berada di Kedubes AS dan jadi bagian dari ruangan kerja staf kedutaan. Sejak 2012, Amerika membangun kantor baru di lokasi ini, namun dalam pemugarannya AS masih mempertahankan bangunan lamanya.

Kini Gedung Sjahrir tampak seperti aslinya yaitu lantai marmer putih bersaput abu abu, tiang-tiang besi, jendela-jendela, dan kuda-kudanya. The Heritage Building kini difungsikan menjadi tempat pameran yang mengisahkan sejarah perjuangan Indonesia dalam meraih kemerdekaan dan kedaulatan. Termasuk bagaimana peran AS dalam mendukung kemerdekaan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya