SOLOPOS.COM - Suasana lokasi terjadinya bentrokan antara suporter PSIS dengan warga di wilayah Godong, Purwodadi, Minggu (5/5/2013). (viva.co.id)

Suasana lokasi terjadinya bentrokan antara suporter PSIS dengan warga di wilayah Godong, Purwodadi, Minggu (5/5/2013). (viva.co.id)

Suasana lokasi terjadinya bentrokan antara suporter PSIS dengan warga di wilayah Godong, Purwodadi, Minggu (5/5/2013). (viva.co.id)

SEMARANG – Dua siswa SD PL Tarsisius Semarang terpaksa absen pada pelaksanaan hari pertama ujian nasional (UN) akibat bentrok suporter dengan warga yang menyebabkan mereka tertahan di Purwodadi. “Saya tertahan semalaman di sana [Godong, Purwodadi]. Barusan saya sampai Semarang sekitar pukul 09.30 WIB bersama Ferdian [kawannya],” kata Nur Santoso, 14, siswa SD PL Tarsisius Semarang di Semarang, Senin.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ditemui di rumahnya di kawasan Condrorejo RT 06/RW 11 Semarang, ia menceritakan berangkat bersama kawan-kawannya, termasuk Ferdian kawan satu sekolahnya, Minggu (5/5/2013) pukul 11.00 WIB, menonton pertandingan antara PSIS dengan Persipur di Purwodadi, Grobogan. Seusai pertandingan yang berakhir imbang 0-0 itu, Nur bersama kawan-kawannya berencana kembali ke Semarang sekitar pukul 18.30 WIB, tetapi sesampainya di Pasar Godong, Purwodadi terjadi kericuhan antara suporter PSIS dengan warga.

“Akhirnya, rombongan saya terpencar. Beruntung ada warga yang menolong saya dan beberapa kawan untuk bersembunyi, namun tetap saja kami tidak bisa pulang karena situasi masih panas. Terpaksa kami menginap di sana,” katanya.

Keesokan harinya (6/5/2013), Nur bersama Ferdian, kawannya memberanikan pulang karena ada UN. Namun, disarankan menunggu polisi untuk mengawal. “Saya baru tiba di rumah sekitar pukul 09.30 WIB, kemudian berangkat sekolah,” katanya.

Haryanti, 45, ibunda Nur mengaku tidak bisa tidur semalaman mendengar kabar bentrok warga dengan suporter PSIS. Apalagi sang anak ikut menonton pertandingan itu. Untungnya, sang anak bisa kembali dengan selamat pada Senin. “Saya langsung antar ke sekolah karena ada UN, tetapi sudah terlambat. Untungnya, kepala sekolah bijaksana dan memberi kesempatan anak saya ikut UN susulan untuk Bahasa Indonesia. Besok ikut UN seperti biasa,” katanya.

Perempuan yang baru 40 hari ditinggal suaminya karena meninggal itu mengaku sempat melarang anaknya menonton bola di Purwodadi, mengingat pada Senin harus mengikuti UN. Tetapi, sang anak nekat berangkat bersama kawan-kawannya. “Anak saya memang suka sekali bola. Dulu, saya ikutkan sekolah sepak bola dan kerap mendapatkan juara, tetapi sementara ini berhenti karena ayahnya sakit. Ayahnya Nur baru saja meninggal 40 hari yang lalu,” kata Haryanti.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Bunyamin mengaku telah mendapatkan laporan siswa yang terpaksa tidak bisa ikut UN SD karena tertahan di perjalanan akibat bentrok antara suporter dengan warga setempat. “Sudah saya dapat laporannya, ada beberapa siswa. Namun, saya tidak hafal sekolahnya. Yang jelas, hak anak untuk mengikuti UN tetap kami layani. Mereka yang tidak bisa ikut hari ini ya ikut UN susulan,” katanya.

Bunyamin mengaku akan segera berkoordinasi dengan kalangan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) pendidikan untuk mendata siswa-siswanya yang kemungkinan menonton sepak bola di Purwodadi dan ikut tertahan akibat bentrok itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya