Solopos.com, SOLO—Bentrok massa Solo antara Barisan Muda Indonesia (dahulu bernama Dewan Muda Complex/DMC) dan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) berakhir damai.
Pimpinan cabang Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) se-Soloraya berseru kepada seluruh anggota mereka untuk dapat menahan diri dan tidak terprovokasi oleh informasi yang dapat memperkeruh suasana Kota Solo.
Promosi Hari Ini Jadi Cum Date Dividen Saham BBRI, Jangan Ketinggalan THR dari BRI
Seruan itu disampaikan saat acara konsilidasi seluruh Ketua Cabang PSHT se-Soloraya di Solo, Rabu (19/11/2014) malam.
Melalui forum tersebut Ketua PSHT Cabang Boyolali, Marjono, meminta pimpinan-pimpinan agar selalu memonitor seluruh anggota tanpa terkecuali.
Dia menilai, koordinasi antarpengurus sangat penting agar pimpinan selalu mengetahui apa yang sedang terjadi pada anggota paling bawah sekali pun.
“Jangan sampai peristiwa di Juwangi [Boyolali] terulang lagi,” ucap Warsono.
Peristiwa di Juwangi yang dimaksud adalah kerusuhan menyusul tewasnya anggota PSHT Boyolali diduga akibat dianiaya, Mei lalu. (Baca Juga: Tawuran Juwangi)
Ketua PSHT Cabang Sukoharjo, Joko Subroto, menyatakan pencak silat yang diajarkan di PSHT bukan untuk main pukul. (Juwangi Memanas, 1 Orang Tewas)
Ilmu beladiri yang dipelajari menurut dia sebagai bentuk pelestarian agar pencak silat dapat menjadi icon Indonesia. Lebih dari itu, kata dia, ajaran PSHT untuk membentuk manusia berbudi luhur yang tahu hal yang benar dan salah.