SOLOPOS.COM - ilustrasi (google img)

ilustrasi (google img)

BANTUL—Kelangkaan bensin di pesisir Bantul akibat pembatasan kuota bagi pedagang eceran membuat para petani di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Bantul menjerit. Pasalnya, demi mempertahankan keuntungan, sebagian pedagang bensin eceran nekat mematok harga hingga Rp5.500 per liter.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ditemui Harian Jogja di bulak pesisir Pantai Samas, Dusun Soge, Srigading, Sambudi Wardoyo, 60, menuturkan kelangkaan bensin eceran sudah dirasakannya selama sepekan. “Rata-rata harganya masih Rp5.000 per liter. Tetapi ada juga yang naik jadi Rp5.500,” katanya kemarin.

Demi menyirami tanaman cabainya di lahan seluas 200 meter persegi, setiap hari Sambudi membutuhkan empat liter bensin untuk operasional mesin pompa air. Karena persediaan bensin pedagang eceran di dusunnya terbatas, terkadang dia harus mencari sampai ke desa tetangga.

Diberitakan sebelumnya, berdasarkan Peraturan Menteri dan Sumber Daya Mineral No.12/2012 tentang pengendalian penggunaan bahan bakar minyak (BBM), pembelian pedagang bensin (premium) eceran di stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) dibatasi 20 liter per hari.

Menurut Sutrisno, 35, petani cabai lain di Dusun Soge Sanden, pembatasan kuota bagi pedagang bensin eceran jelas merugikan petani pesisir. “Sepanjang kemarau, kami hanya mengandalkan air dari sumur pompa. Sudah enam bulan hujan belum turun,” tegasnya.

Bagi petani di wilayah subur, imbuh Sutrisno, kelangkaan bensin di tingkat pedagang eceran tentu tidak membuat risau. Sebab, mereka masih bisa mengandalkan air dari saluran irigasi tanpa harus mengoperasikan diesel sumur pompa.

Susanto, 43, petani bawang merah di Dusun Soge menambahkan, masa tanam di musim kemarau tahun ini benar-benar tidak berpihak kepada petani pesisir Bantul. Mengingat, awal bulan lalu, puluhan hektare lahan pertanian rusak akibat direndam air payau selama dua pekan.

Setelah genangan air payau berhasil dialirkan ke laut dengan menjebol sumbatan muara Kali Opak dan Winongo, Sabtu (18/9), giliran hama blorok, rengit, dan ulat menyerang tanaman bawang. “Hama belum teratasi, sekarang ditambah masalah bensin langka,” ujarnya.

Meski para petani pesisir mati-matian berjuang agar tanamannya tetap bertahan hidup, masih kata Susanto, hasil panen mendatang dipastikan tidak dapat mengembalikan modal awal. Sebab, harga bawang saat ini anjlok jadi Rp3.000 per kilogram. Sedangkan harga benihnya Rp15.000 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya