SOLOPOS.COM - Kaur Umum dan Perencanaan Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara, Haryoko, merawat salah satu pohon jambu kristal yang dia tanam di tanah bengkok, Selasa (5/7/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Tanah seluas kurang lebih 6.000 meter persegi yang dikelola kaur umum dan perencanaan (modin) di Desa Jonggrangan, Klaten ditanami jambu kristal. Bengkok modin yang ditanami jambu kristal itu sudah berlangsung sejak lima tahun terakhir.

Bengkok tersebut milik Haryoko, 41. Haryoko mengelola kebun jambu kristal di sela aktivitasnya sebagai perangkat desa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Modal awal yang dikeluarkan Haryoko menanam jambu kristal senilai Rp7 juta-Rp8 juta. Bibit jambu kristal dibeli dari Magelang.

Selepas Subuh, Haryoko rutin berkebun sebelum berangkat ke kantor desa. Selepas bekerja, dia kembali berkebun.

Haryoko mengatakan budi daya jambu kristal itu terus dikembangkan. Tak menutup kemungkinan kebun jambu kristal dikembangkan menjadi wisata petik buah.

Baca Juga: Warga Grobogan Tertangkap Tangan Curi Uang Kotak Amal di Masjid Klaten

“Belum lama ini, saya kedatangan tamu rombongan dari Trucuk yang ingin berbelanja buah kristal dengan memetik sendiri di kebun,” kata Haryoko saat ditemui wartawan di lahan bengkoknya di Jonggrangan, Klaten, Selasa (5/7/2022).

Haryoko mengatakan tanaman jambu kristal yang ditanam mencapai 500 pohon. Sebelum ditanami jambu kristal, bengkok tersebut disewakan untuk tanam tebu. Tanah tersebut sempat disewa menanam ketela sebelum dimanfaatkan Haryoko menanam jambu kristal.

Haryoko belajar secara autodidak saat menanam jambu kristal. Pilihannya menanam jambu kristal lantaran bisa dipanen sepanjang tahun.

Baca Juga: Punya Daya Tarik, 27 Desa di Klaten Ditetapkan Jadi Desa Wisata

“Dulu awalnya saya melihat di Youtube. Kemudian saya belajar lewat Google cara pemeliharaan dan tanamnya. Dengan modal nekat, akhirnya ditanami jambu kristal. Awalnya mau tanam pepaya. Tetapi pepaya itu musiman, satu atau dua tahun sudah. Kalau jambu kristal bisa seterusnya. Dari referensi yang saya kumpulkan itu bisa dipanen 10 tahun hingga 20 tahun tergantung perawatannya,” kata Haryoko.

Hasil panen dijual Haryoko bersama istrinya di pinggir kebun yang berada di tepi Jl. Sersan Sadikin, Desa Jonggrangan, Kecamatan Klaten Utara. Saat berbuah lebat, Haryoko bisa panen dua hingga tiga sak jambu kristal atau setara 100 kg-150 kg setiap hari.

Harga jambu kristal tergantung ukuran. Untuk 1 kg jambu kristal yang masuk kelas A, dijual seharga Rp13.000. Sementara, untuk jambu kristal kelas B dijual seharga Rp12.000 per kg. Omzet yang diperoleh Haryoko saat kondisi panen bagis bisa senilai Rp10 juta-Rp15 juta.

Grade itu berdasarkan bobot. Misalkan grade A itu beratnya per biji bisa 6-8 ons. Ukurannya besar-besar hampir sebesar kepala bayi,” kata dia.

Baca Juga: Eksotis & Instagramable! Ini Rekomendasi Pantai di Pacitan yang Bagus

Jambu kristal yang ditanam Haryoko memiliki kualitas rasa manis dan nyaris tanpa biji. Hal itu sesuai dengan testimoni dari temannya asal Jogja yang kerap membandingkan kualitas jambu kristal dari berbagai daerah.

“Ada teman dari Jogja itu menyampaikan kalau lain daerah rasa jambu kristal berbeda-beda. Karena pengaruh tanah, sinar matahari, serta kondisi udara. Kalau yang ditanam di sini rasanya manis,” kata dia.

Biasanya, pohon jambu bisa dipanen tiga hingga empat bulan sekali dalam setahun. Perawatan pohon jambu kristal relatif mudah, dilakukan pemupukan dan penyemprotan hama dua bulan sekali. Guna menghindari buah diserang lalat buah, Haryoko membungkus jambu kristal dengan plastik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya