SOLOPOS.COM - Seorang petani melihat kondisi sawah yang tergenang air di wilayah Desa Gentan Banaran, Kecamatan Plupuh, Sragen, pada Minggu (20/11/2022) pagi. (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN—Volume air di Bengawan Solo meluap dan menggenangi ratusan hektare tanaman padi di sepanjang aliran Bengawan Solo mulai dari Masaran sampai wilayah Sambungmacan, Sragen.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan & KP) mendata tanaman padi yang terdampak luapan Bengawan Solo itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen, Agus Cahyono, saat dihubungi Solopos.com, Minggu (20/11/2022), mengungkapkan elevasi air atau tinggi muka air (TMA) Bengawan Solo yang dipantau dari Jurug, Solo, sebenarnya sudah normal dengan status siaga waspada. Dia mengatakan elevasi air Bengawan Solo itu sempat tinggi pada Sabtu (19/11/2022) siang lantaran intensitas hujan tinggi di daerah hulu pada Sabtu dinihari.

“Dampak air Bengawan Solo sampai ke wilayah Sragen. Perjalanan air dari Jurug ke Sragen itu membutuhkan waktu 4-6 jam sehingga kondisi per Minggu siang ini air masih menggenangi bantaran Bengawan Solo, terutama lahan persawahan. Data yang dilaporkan genangan air di persawahan itu diketahui di seputaran Gawan Tanon dan Desa Patihan, Kecamatan Sidoharjo,” jelas Agus.

Baca Juga: Banjir Mojolaban Sukoharjo Meluas, Lansia hingga Balita Mengungsi di Tanggul

Agus menerangkan semalam juga ada laporan luapan Bengawan Solo sempat menggenangi wilayah Desa Pringanom setinggai mata kaki tetapi dalam waktu singkat sudah surut. Dia mengatakan lahan persawahan yang terdampak sekarang, seperti di wilayah Tenggak, Sribit, Pandak, sampai Kedungupit itu ada dampak dan sepertinya sudah ada pendataan dari penyuluh pertanian lapangan (PPL).

“Kami juga stand by karena dari wilayah Nguter, Sukoharjo, dilaporkan ada kakek-kakek tenggelam Sabtu kemarin. Kami masih menunggu informasi dari Basarnas untuk menentukan tindakan di Sragen,” katanya.

Sekretaris Desa Gentan Banaran, Kecamatan Plupuh, Sragen, Budiyanto, mengatakan ada 60 hektare lahan tanaman padi atau sawah di wilayah Gentan Banaran yang tergenang air luapan Bengawan Solo sejak Sabtu sore.

Dia mengatakan hingga ini genangan air masih cukup tinggi di persawahan meskipun mulai ada penurunan debit. Dia memprediksi air luapan Bengawan Solo itu bisa surut pada Senin (21/11/2022) besok.

Baca Juga: Cegah Luapan Air Bengawan Solo, Warga Ngringo Karanganyar Minta Tanggul

“Besar-besarnya air luapan Bengawan Solo itu semalam. Untuk surutnya butuh waktu. Saat ini usia tanaman padi baru 1-2 pekan dan baru selesai pemupukan. Kebiasaan petani di Gentan Banaran itu sudah pemupukan pada usia tanaman 1-2 pekan itu. Kondisi sekarang tanaman tertutup air semua. Petani tetap terdampak karena petani sudah mengeluarkan biaya, mulai dari pengolahan tanah, tanam, sampai pemupukan,” jelas Budi.

Dia mengatakan biaya yang sudah dikeluarkan petani rata-rata mencapai Rp1,5 juta per lahan sawah berukuran ¼ bahu atau setara dengan sawah ukuran 2.000 meter persegi.

“Seperti sudah ada PPL yang mendata dan membuat laporan ke dinas. Semoga dampak yang dialami petani tidak terlalu parah. Areal pinggir Bengawan Solo itu menjadi langganan tergenang air saat air Bengawan Solo meluap,” jelasnya.

Baca Juga: Hujan 6 Jam, 8 Desa di Ngawi Banjir

Pelaksana Tugas Kepala Distan & KP Sragen, Rina Wijaya, menerangkan laporan adanya persawahan yang tergenang air sudah masuk ke Distan & KP. Rina memerintahkan petugas di lapangan untuk didata sawah yang terdampak.

“Laporan yang masuk sementara dari Gawan Kecamatan Tanon dan Patihan Kecamatan Sidoharjo. Sekarang baru taraf pendataan dan pengkajian. Semoga air luapan Bengawan Solo segera surut,” ujar di.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya