SOLOPOS.COM - Koordinator tim Albertus Niko (kiri) mengukur kedalaman tanah di lokasi ekskavasi penyelamatan fosil binatang purba di belakang rumah Sukardi, 55, Dukuh Grogolan RT 010, Desa Manyarejo, Plupuh, Sragen, Sabtu (20/2/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Benda purbakala Sraagen berupa fosil hewan ditemukan di pekarangan rumah warga Manyarejo, Plupuh.

Solopos.com, SRAGEN – Sukardi, 55, warga Dukuh Grogolan RT 010, Desa Manyarejo, Plupuh, Sragen, menemukan sejumlah fosil binatang purba di pekarangan rumahnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan , akhir pekan lalu, dua lubang menganga di belakang rumah Sukardi. Lubang pertama berukuran empat meter persegi berada di sebalah timur pekarangan. Di tempat itu ditemukan tulang iga binatang mamalia purba pada lebih dari dua pekan lalu.

Lubang kedua berada di sebelah barat lubang pertama berukuran 16 meter persegi dengan kedalaman tiga meter. Pada lubang kedua itulah Sukardi kembali menemukan fosil binatang mamalia purba dengan ukuran lebih besar dan bervariasi pada dua pekan lalu.

Letak pekarangan Sukardi berbatasan dengan Museum Manusia Purba Klaster Manyarejo. Hanya pagar museum setinggi lima meter yang menjadi batas pekarangan Sukardi dan museum.

Temuan tulang iga binatang purba sudah disimpan di Museum Manusia Purba Klaster Bukuran. Sementara kumpulan fosil lainnya masih dalam proses ekskavasi penyelamatan sejak Senin (15/2/2016) lalu.

Sukardi menemukan fosil tulang iga binatang mamalia dan tulang kepala gajah purba secara tak sengaja. Sukardi menemukan fosil-fosil itu saat menggali pasir untuk dijual. Pekerjaan tukang gali pasir itu dilakoninya lebih dari 20 tahun.

Pasir ladu hasil galian Sukardi itu pernah digunakan untuk alas paving pedestrian di sepanjang Jl. Slamet Riyadi Solo.

“Hasil gali pasir ladu ini bisa digunakan untuk menyekolahkan tiga anak saya sampai lulus SMA. Puluhan tahun lalu saya jual Rp4.000 per truk, sekarang menjadi Rp200.000 per truk. Saya sering menemukan fosil kecil-kecil. Temuan itu saya kumpulkan sendiri. Setelah banyak baru dilaporkan ke petugas museum. Kalau menemukan fosil besar ya langsung lapor tidak berani mengangkat sendiri,” ujar Sukardi saat ditemui di lokasi ekskavasi penyelamatan fosil.

Tim ekskavasi yang dipimpin Albertus Niko itu bekerja setelah 3-4 hari menerima laporan Sukardi. Niko bersama sembilan orang anggota timnya mengekskavasi fosil.

Mereka membuat garis grade ekskavasi dengan ukuran dan skala tertentu. Dari garis-garis yang terbuat dari benang putih itulah, Niko mengetahui kedalaman dan ukuran fosil.

Mereka berhasil mengidentifikasi empat fosil binatang purba, yakni kepala gajah, gigi dan rahang sejenis sapi atau kerbau atau banteng (bovidae), tanduk rusa, dan tempurung kura-kura. Selain itu, mereka juga mengidentifikasi fragmen-fragmen tulang kaki, tulang pinggul, dan tulang binatang mamalia lainnya. Niko memperkirakan usia fosil itu 250.000-700.000 tahun silam.

“Ekskavasi ini sebenarnya ditarget selesai Sabtu [20/2/2016] ini. Tetapi dari tim BPSMP Sangiran menghendaki adanya pemotretan dengan menggunakan drone. Dengan drone itu kami bisa mengetahui detail lokasi temuan fosil ini, termasuk dengan keberadaan Museum Bukuran,” ujar Niko.

Niko menduga ada dua kemungkinan keberadaan fosil itu. Pertama, Niko menjelaskan kumpulan fosil tulang itu merupakan tulang binatang hasil buruan manusia Jawa purba (Homo Erectus). Kedua, Niko berspekulasi fosil tulang itu berasal dari hewan purba yang mati dan terbawa arus sungai sehingga mengumpul di belakang rumah Sukardi.

“Dugaan kedua itu didasarkan pada lapisan tanah yang menimbun fosil itu. Lapisan tanah berpasir dengan silang siur yang jelas itu menunjukkan endapan sungai yang terbentuk ratusan ribu tahun silam,” ujarnya.

Selain mengekskavasi di Manyarejo, tim BPSMP Sangiran juga melakukan ekskavasi pencarian fosil di wilayah Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Sragen. Tim yang dipimpin Ilham Abdullah itu menggali di empat lokasi, yakni di pinggir Sungai Dadap Desa Jabung dan tiga lokasi di bukit Padas yang terletak 200 meter di sebelah utara Monumen Trianggulasi Ngebung, Kalijambe.

“Dari penggalian di empat tempat, kami menemukan serpihan batu purba yang digunakan Homo Erectus untuk bertahan hidup. Selain itu, kami juga menemukan gigi banteng purba dan pecahan fosil gading gajah purba. Ekskavasi terus berlanjut dengan survei di Dukuh Glagah Ombo, Wonolelo, Ngebung,” kata Ilham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya