SOLOPOS.COM - Para pembicara (dari kiri ke kanan), Kasubag Pelindungan Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, R. Widiati; Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo; dan Staf Ahli Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Hari Untoro Drajat, saat mengisi seminar Aktivasi Budaya di Benteng Vastenburg Surakarta di Kantor Pusat UNS Solo, Selasa (29/10/2013). (Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Pemanfaatan Benteng Vastenburg sebagai tempat penyelenggaraan agenda budaya telah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo beberapa bulan terakhir. Meskipun masih dikuasai perorangan, benteng itu masih bisa dimanfaatkan untuk kepentingan publik selama tidak mengubah dan merusak fisik bangunan.

Sebagai langkah aktivasi kegiatan budaya di Benteng Vastenburg, Pemkot Solo berencana menggelar Festival Vastenburg, 6 Juni 2014. Festival itu rencananya mengundang para pelaku sejarah, pelaku ekonomi kreatif, dan budayawan dari seluruh benteng di Indonesia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Wacana ini mengemuka dalam seminar Aktivasi Budaya di Benteng Vastenburg Surakarta di Kantor Pusat Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Selasa (29/10/2013) siang. Seminar ini menghadirkan pembicara R. Widiati (Kasubag Pelindungan Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), F.X. Hadi Rudyatmo (Wali Kota Solo), Hari Untoro Drajat (Staf Ahli Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), dan Susanto (pengajar Jurusan Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Solo).

“Rencananya pada 6 Juni 2014 kami akan membuat Festival Vastenburg. Nanti kami akan mengundang [pelaku sejarah, pelaku ekonomi kreatif, dan budayawan] benteng lain di Indonesia,” terang F.X. Hadi Rudyatmo atau Rudy, ketika ditemui wartawan seusai mengisi seminar.

Menurut Rudy, festival ini diharapkan bisa mendukung agenda budaya yang telah disusun Pemkot Solo. Meskipun saat ini pemanfaatan kawasan benteng kerap menuai protes lantaran lokasi yang kurang nyaman, Rudy mengaku akan mempertahankan kawasan benteng sebagai lokasi pergelaran.

“Kalau perkara debu itu bisa diatasi dengan penyiraman air atau apa. Kalau penghijauan nanti akan dilakukan secara bertahap. Karena saat ini statusnya masih HGB [hak guna bangunan], upaya kami masih sangat terbatas. Sementara menanti prosesnya [akuisisi] berjalan. Kami sudah mengusulkan ke BPN [Badan Pertanahan Nasional] pusat agar menolak perpanjangan HGB. Sementara ini kegiatan di sana biar ‘hidup’ dulu,” tandasnya.

Masih Representatif

Secara terpisah, Staf Ahli Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Hari Untoro Drajat, menilai Benteng Vastenburg representatif sebagai tempat penyelenggaraan agenda budaya. “Kondisi benteng di sini masih baik sekali. Ini bisa menjadi aset negara yang sangat penting. Yang paling penting, pelestarian ini tidak hanya bermanfaat untuk sejarah, [tapi] sekaligus bisa bermanfaat untuk pengembangan ekonomi kreatif, ekspresi budaya, dan ruang publik,” bebernya.

Menurut Hari, 327 dari 437 benteng yang sudah dipugar dan dimiliki pemerintah telah dimanfaatkan untuk beragam kepentingan. “Kami harapkan Solo bisa jadi Kota Budaya yang mau melestarikan bangunannya dan memanfaatkannya untuk kepentingan masyarakat luas. Benteng yang sudah dipugar pemerintah sudah dimanfaatkan. Apalagi di Indonesia Timur,” katanya.

Hari mengatakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berkomitmen mendukung penuh upaya Pemkot Solo dalam memperjuangkan proses akuisisi benteng tersebut. “Kami mendukung. Proses hukum biar berjalan dulu. Saya kira pemanfaatannya sudah mulai bagus. Dari yang tadinya tertutup bisa menjadi ruang publik yang bermanfaat. Yang perlu diingat, jangan sampai merusaknya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya