SOLOPOS.COM - Jembatan Puter, Tirtomoyo, Wonogiri, terputus akibat diterjang banjir 28 November 2017. (Istimewa/Bagian Humas Setda Wonogiri)

Bencana Wonogiri, banjir dan tanah longsor akhir 2017 memicu kerugian Rp97 miliar.

Solopos.com, WONOGIRI — Bencana besar di Wonogiri 28 November 2017 lalu selain mengakibatkan empat orang meninggal dunia juga merusak 1.316 unit infrastruktur dan mengakibatkan kerugian senilai Rp97,426 miliar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dampak tersebut menempatkan bencana akhir tahun lalu itu sebagai bencana terbesar di Kota Sukses sejak 10 tahun terakhir atau setelah bencana 25-26 Desember 2007.

Seperti diketahui, lebih kurang 4.500 jiwa terdampak bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di 14 kecamatan, 2007 silam. Sebanyak 17 orang di antaranya meninggal dunia akibat terkubur material longsor dan dua orang lainnya luka.

Informasi yang dihimpun  di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Senin (12/3/2018), bencana banjir dan tanah longsor 28 November tahun 2017 lalu terjadi di 19 kecamatan mengakibatkan empat orang meninggal dunia dan dua luka berat.

Korban meninggal meliputi Sriwati, 40; Suyati, 60, keduanya warga Bangle RT 002/RW 005, Dlepih, Tirtomoyo; Wagiyah, 95, warga Nlencung, Sidorejo, Tirtomoyo; dan Yatun, 64, Sidowayah RT 002/RW 009, Sidorejo, Tirtomoyo.

Dua orang terluka meliputi Dwi Joko Wahono, 18, warga Bakung RT 002/RW 013, Jeblogan, Karangtengah dan Ambar Mulyadi, 65, warga Timbangan RT 001/RW 001, Desa Karangtengah, Kecamatan Karangtengah.

Bencana itu juga merusak 1.064 rumah warga, 226 jalan, jembatan, dan infrastruktur lainnya, delapan unit sekolahan, 360 ekor binatang ternak, tujuh unit tempat ibadah dan sarana pendukungnya, dan empat unit puskesmas pembantu. Kerugian material yang ditimbulkan menyentuh angka 97,426 miliar.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto, mengatakan bencana 28 November 2017 memberi kontribusi terbesar sebagai penyumbang angka bencana terbanyak selama setahun.

Pada tahun tersebut terjadi 123 tanah longsor, 66 banjir, 35 angin topan, 23 kebakaran, dan tiga tanah bergerak. Jumlah tersebut meningkat dari 2016 yang saat itu terjadi 119 tanah longsor, 21 banjir, 68 angin topan, 21 kebakaran, dan 11 tanah bergerak.

“Kami sudah melaksanakan beberapa langkah strategis untuk mengatasi beberapa masalah akibat bencana di sejumlah tempat, terutama berkaitan dengan jalan tertimbun material longsor, seperti di Karangtengah, jalan terputus karena ambrol, dan sebagainya. Hingga sekarang pun kami terus melakukannya,” kata Bambang.

Dia mengimbau warga yang bermukim di wilayah rawan selalu waspada dan siaga menghadapi segala kemungkinan. Sebanyak 123 desa/kelurahan di 25 kecamatan rawan tanah longsor. Wilayah rawan banjir terdapat di 70 desa/kelurahan 21 kecamatan. Berdasar perkiraan Badan Meteorologi Geofisika dan Klimatologi (BMKG), hujan di atas normal akan mengguyur Wonogiri hingga April mendatang.

Lebih dari 3.000 orang menjadi sukarelawan di Wonogiri, tak terkecuali difabel. Seksi Kebencanaan Redifa Wonogiri, Yanto, mengatakan Sukarelawan Difabel (Redifa) turut aktif melakukan upaya pengurangan risiko bencana (PRB). BPBD melatih dan membekali mereka dengan pengetahuan mengenai kebencanaan secara khusus.

Hal itu supaya mereka dapat menyelamatkan diri jika terjadi bencana dan bisa berkontribusi dalam PRB. Redifa selalu mengikuti kegiatan berkaitan dengan PRB, seperti membersihkan sampah, mengampanyekan antibuang sampah di sungai, dan sebagainya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya