SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SEDOT AIR--Truk tangki mengambil air dari Sendang Sumber Duren di Dukuh Kali Lumpang, Desa Kepurun, Manisrenggo, Klaten. Air tersebut kemudian didistribusikan kepada warga Balerante, Kemalang yang mengalami kekeringan. Foto diambil Jumat (16/9/2011). (JIBI/SOLOPOS/Taufiq Sidik)

Sendang Duren kini makin bermanfaat bagi banyak orang

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Bencana tak selalu membawa duka. Setelah erupsi Gunung Merapi pada 2010, mata air Sumber Duren atau Sendang Duren di Dukuh Kali Lumpang, Desa Kepurun, Kecamatan Manisrenggo, Klaten, yang sudah lama airnya mampat, kembali mengalirkan air.

Subardi, 54, warga yang tinggal di dekat sumber air itu, menceritakan ketika gempa bumi melanda Klaten dan DIY pada 2006 lalu, seketika air sendang mengering.

Oleh Subardi, tanah di sekitar sendang tersebut kemudian dikeruk. Air kembali mengalir setelah tanah digalinya sedalam satu meter.

Nanging miline ora banter (tetapi mengalirnya tidak deras-red). Tapi, setelah erupsi Gunung Merapi, airnya semakin banyak,” ungkapnya saat ditemui Espos, Jumat (16/9/2011), di rumahnya.

Sembari menyuguhkan segelas air teh, pria paruh baya ini menceritakan sejarah sendang atau sumber air tersebut. Nama Sumber Duren atau Sendang Duren berasal dari kondisi di sekitar sumber air itu yang dulu terdapat pohon durian yang sangat besar.

Eneke sendhang iki wis kawit jaman mbah kula (Sumber air ini ada sejak zaman kakek saya-red).

Diberi nama tersebut karena dulu ceritanya ada pohon durian tumbuh di dekat sendang. Namun, sudah lama ditebang,” ungkap ayah dua orang anak itu.

Pada 1960 hingga 1980, nama Sumber Duren terkenal di mana-mana. Hampir setiap hari puluhan orang mampir ke sendang tersebut.

“Waktu itu belum ada tangki. Mereka membawa kuda dan wadah air,” jelas petani itu.

Berbagai cerita mistis pun muncul dari sendang tersebut. Menurut Subardi, beberapa warga yang mengambil air di sendang tersebut pernah melihat sosok makhluk gaib.

“Ada yang buang air besar di sendang. Akhirnya dia diikuti penunggu sendang. Sulit diusir. Namun, sekarang sudah tidak semistis dulu lagi,” ungkapnya.

Subardi pun bersyukur karena sendang yang muncul di pekarangan rumahnya itu sangat berguna. Masyarakat di sekitar tempat tinggalnya memanfaatkan sendang itu. Dia pun tak menarik bayaran dari para sopir truk tangki yang ingin mengambil air di sendang yang berada di tanah hak miliknya itu.

“Sudah dua bulan terakhir, sejak para penghuni selter (hunian sementara bagi warga terdampak erupsi Gunung Merapi di Bumi Perkemahan Kepurun, Manisrenggo-red) banyak yang pulang, truk dari Balerante mengambil air di sendang. Saya bersyukur karena bermanfaat bagi banyak orang,” kata Subardi.

Diungkapkannya, munculnya air di sendang itu merupakan karunia dari Sang Maha Pencipta dan harus dinikmati
bersama.

Dinggo wong akeh, dadi sapa wae sing arep njupuk ya mangga (biar dimanfatkan orang  banyak, siapa pun yang mau mengambil air, saya persilakan-red),” ungkap kakek empat cucu tersebut.

(Taufiq Sidik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya