SOLOPOS.COM - Sejumlah sukarelawan dan petugas medis membawa seorang warga yang menjadi korban longsor untuk mendapatkan perawatan dalam Gladi Longsor Desa Tangguh Bencana di Dusun Plampang I, Desa Kalirejo, Kokap, Senin (21/9/2015). (Holy Kartika N.S/JIBI/Harian Jogja)

Bencana Sukoharjo, BPBD Sukoharjo membentuk 7 desa/kelurahan tangguh bencana.

Solopos.com, SUKOHARJO–Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo membentuk tujuh desa/kelurahan tangguh bencana. Masyarakat yang berdomisili di daerah rawan bencana alam lebih siap menghadapi dan mengurangi bencana alam.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hal ini disampaikan Kepala Pelaksana BPBD Sukoharjo, Suprapto, di sela-sela sosialisasi pembentukan desa/kelurahan tangguh bencana di Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, Selasa (10/5/2016). Ketujuh desa/kelurahan tangguh bencana yakni Desa Gadingan, Grogol, Kadokan, Tegalmade, Laban, Langenharjo serta Kelurahan Sukoharjo.

“Tujuannya masyarakat dapat mandiri mengantisipasi bencana alam. Seluruh desa/kelurahan tangguh bencana di daerah rawan bencana banjir,” kata dia, saat ditemui wartawan di Pendapa Kantor Kelurahan Sukoharjo, Selasa.

Pemetaan daerah rawan bencana alam telah dilakukan pada beberapa tahun lalu. Selama ini, ancaman bencana alam yang kerap menerjang wilayah Sukoharjo adalah banjir. Wilayah Sukoharjo dilintasi Sungai Bengawan Solo yang sering meluap saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Selain itu, air Kali Langsur juga kerap meluap dan menggenangi permukiman penduduk.

Masyarakat yang berdomisili berdekatan dengan sungai harus mampu mengenai ancaman bencana banjir. Mereka juga harus memiliki kemampuan mandiri menghadapi ancam bencana banjir. Sehingga masyarakat dapat meminimalkan dampak yang diakibatkan dari bencana banjir. “Tujuh desa/kelurahan tangguh bencana merupakat pilot project pada 2016. Rencananya, kami membentuk desa/kelurahan tangguh bencana di seluruh wilayah Sukoharjo,” ujar Suprapto.

Saat air sungai meluap, masyarakat harus segera mengevakuasi diri ke lokasi aman. Masyarakat segera mengungsi ke lokasi aman tanpa harus menunggu sukarelawan bencana alam tiba di lokasi banjir.

Dalam waktu dekat, masyarakat dan sukarelawan bencana alam bakal kembali menggelar aksi bersih-bersih Kali Langsur. Sebelumnya, mereka telah melakukan aksi serupa pada 2015. “Kami hanya bisa melakukan aksi bersih-bersih Kali Langsur untuk mengurangi sedimentasi sungai. Kalau permasalahan normalisasi bukan kewenangan kami namun Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS),” jelas dia.

Di sisi lain, seorang warga Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, Haryono, mengatakan masyarakat yang berdomisi di dekat Kali Langsur sudah peka apabila terjadi gejala-gejala bencana banjir. Mereka telah menghuni di kawasan itu sejak puluhan itu. Semestinya, normalisasi Kali Langsur harus segera dilakukan agar permukiman penduduk bebas dari banjir saat musim penghujan.

“Normalisasi Kali Langsur sifatnya mendesak atau urgent. Sekarang tidak ada keluh kesah warga karena sudah memasuki musim kemarau. Berbeda saat musim penghujan karena rumah penduduk dipastikan terendam banjir,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya