SOLOPOS.COM - Giyono, 58, menyiapkan tiang penahan dinding rumahnya di Dukuh Condong RT 018/RW 006, Desa Jati, Masaran, Sragen, Selasa (13/3/2018). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Bencana Sragen, rumah warga Masaran ambruk karena fondasinya tergerus arus Sungai Grompol.

Solopos.com, SRAGEN — Rumah milik Giyono, 58, di Dukuh Condong RT 018/RW 006, Desa Jati, Kecamatan Masaran, Sragen, ambruk karena fondasinya terkikis arus Sungai Grompol pada Senin (12/3/2018) lalu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hingga Selasa (13/3/2018), Giyono mengaku belum mendapat bantuan padahal kerugian akibat ambruknya bangunan rumahnya berukuran 5 meter x 12 meter mencapai Rp30 juta.

Ekspedisi Mudik 2024

Pada Selasa, Giyono sibuk menaikkan material kayu dari bawah tebing Sungai Grompol ke permukaan lantai rumahnya. Tinggi tebing sungai itu sekitar 3 meter. Selain itu, Giyono juga menahan dinding sisa bangunan rumahnya yang sudah miring dengan bambu jenis petung. Bangunan pilar pada ruang utama rumahnya juga disangga dengan bambu.

“Kalau tidak ditahan rumah sudah ambruk total. Rumah yang ambruk itu semula ditempati simbah untuk tidur dan sebagian digunakan untuk dapur dan kamar mandi. Sekarang bangunan rumah itu sudah habis. Kebetulan lokasi rumah saya ini di tikungan aliran Sungai Grompol. Air dari arah selatan saat membelok itu langsung menghatam rumah saya,” ujar Giyono.

Dia menjelaskan Sungai Grompol banjir sejak Senin dinihari. Kemudian pada pagi harinya, pukul 06.00 WIB, kisah dia, air sungai mulai surut tetapi tahu-tahu rumah ambruk.

“Kebetulan yang ada itu istri saya dan anak bersama bayinya. Saat mendengar suara krek-krek, mereka berlari ke luar rumah sembari meminta tolong. Saat itu saya sedang berangkat narik becak di Palur. Saya langsung pulang dan tiba pada pukul 08.00 WIB. Saat itu sudah banyak warga yang bergotong-royong,” katanya.

Giyono menyampaikan sampai Selasa siang belum menerima bantuan dari pemerintah. “Kami berharap segera ada bantuan supaya kami bisa tinggal dengan nyaman,” ujar dia.

Warga lainnya, Suparno, menyammpaikan area belakang rumah Giyono masih luas sebelum ada normalisasi Bengawan Solo. Dia masih ingat bila salat ke Masjid Baiturahim selalu lewat jalan itu. “Sejak normalisasi Sungai Grompol yang tidak menerima ganti/rugi itu, warga yang dirugikan karena terkena dampak aliran Sungai Grompol,” tambahnya.

Warga lainnya, Harto Wiyono, 61, mengakui sebagian bangunan rumahnya sudah menggantung fondasinya. “Kami berharap ada perbaikan tebung sungai dengan membuat talut dari batu/beton,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya