SOLOPOS.COM - Mobil pikap menerobos jalan sempit yang terutup tanggul sementara di Desa Pilang, Masaran, Sragen, Rabu (17/2/2016). (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Bencana Sragen mengancam lantaran tanggul Sungai Bengawan Solo di Masaran retak-retak akibat erosi.

Solopos.com, SRAGEN — Erosi Sungai Bengawan Solo di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen, mengakibatkan tanggul retak-retak sepanjang sekitar 10 meter. Sebelumnya, erosi itu telah membuat tanggul ambrol sepanjang 10 meter.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Berdasarkan pengamatan, Rabu (17/2/2016), keretakan tanggul itu berada di sebelah barat tanggul yang sudah ambrol pada Jumat (12/2/2016) lalu. Keretakan tanggul itu mulai terlihat bersamaan dengan ambrolnya tanggul.

Hilangnya lapisan tanah di bagian bawah karena tergerus arus air membuat keretakan tanggul kian bertambah. Ketua RT 022, Dusun Wirorejan, Sunarto, mengatakan panjang tanggul yang mendesak diperbaiki mencapai 20 meter karena ambrol dan retak-retak.

Menurutnya, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) sebenarnya sudah berencana memperbaiki tanggul pada tahun ini. Program perbaikan tanggul itu sudah diusulkan tahun lalu sejak tebing Sungai Bengawan Solo mulai tergerus arus air.

“Petugas dari BBWSBS sudah menyurvei lokasi sebelum tanggul ambrol. Rencananya perbaikan tanggul dilakukan pada musim kemaru tahun ini. Namun, tanggul itu lebih dulu ambrol sebelum diperbaiki BBWSBS,” kata Sunarto, Rabu.

Sebagai solusi sementara, BBWSBS menyarankan pembuatan tanggul sementara dengan karung plastik berisi tanah dan pasir. BBWSBS dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat memberi bantuan karung plastik kepada warga sekitar.

“Tanggul sementara itu setinggi sekitar 1,5 meter dan lebar 1,5 meter atau seukuran empat saf karung plastik. Kami berharap tanggul itu mampu menahan banjir. Syukur ketinggian air di bengawan tidak sampai menyentuh tanggul sementara itu,” jelas Sunarto.

Erosi itu juga membuat jarak tebing Sungai Bengawan Solo dengan permukiman penduduk lebih dekat. Bahkan, antara tebing sungai dan permukiman warga hanya dipisahkan jalan perkampungan selebar 3 meter.

“Kami mengajak warga untuk siaga 24 jam. Jika sewaktu-waktu air bengawan naik, warga segera mengamankan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi,” papar dia.

Hal senada disampaikan Muhzidin, 55, warga sekitar. Bersama warga lain, dia mengaku kerap memantau ketinggian air Sungai Bengawan Solo saat hujan tiba.

”Ronda malam diaktifkan kembali. Selama intensitas hujan masih tinggi, kami akan tetap siaga bencana,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya