SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Bencana Sragen selama lima tahun terakhir terdapat 34 tanah longsor dan ambles. 

Solopos.com, SRAGEN— Sejak tahun 2011 hingga tahun 2015, bencana alam tanah longsor dan tanah ambles di Kabupaten Sragen terjadi sebanyak 34 peristiwa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bencana alam ini telah mengakibatkan sedikitnya 78 rumah rusak, baik itu rusak berat, sedang, dan kecil. Selain itu, bencana ini juga telah puluhan jembatan dan belasan kilometer infrastruktur jalan rusak dan ambrol.

Data yang didapatkan dari Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol Linmas) Kabupaten Sragen, pekan lalu, bencana tersebut paling banyak menimpa Kecamatan Kalijambe (tujuh peristiwa), Kecamatan Sambirejo (tujuh peristiwa), Kecamatan Masaran (lima peristiwa), Kecamatan Sragen (empat peristiwa).

Selain itu Kecamatan Mondokan (empat peristiwa), Kecamatan Gemolong (dua peristiwa), Kecamatan Tangen (satu peristiwa), Kecamatan Sukodono (satu peristiwa), dan Kecamatan Sumberlawang (satu peristiwa).

Kerugian yang dialami warga mencapai Rp383 juta.

Bencana alam tersebut paling banyak disebabkan karena hujan deras yang mengguyur wilayah itu, luapan Sungai Bengawan Solo, dan tanah labil.

Kepala Kesbangpolinmas Sragen, Giyadi, mengatakan ada empat kecamatan di Bumi Sukowati yang dipetakan sebagai wilayah rawan bencana tanah longsor dan tanah ambles. Empat kecamatan itu antara lain Sambirejo, Kalijambe, Plupuh, dan Tanon.

Menurutnya, empat kecamatan ini memiliki tekstur tanah yang labil seperti pasir. Sehingga, tanah tersebut saat tergerus air baik dari hujan atau aliran sungai langsung bergerak dan bisa mengakibatkan tanah longsor dan ambles.

“Kalau Kecamatan Sambirejo itu kan berada di kaki Gunung Lawu, sedangkan Kecamatan Kalijambe dan Kecamatan Plupuh merupakan kawasan Sangiran yang tanahnya gembur,” jelasnya saat ditemui di kantornya, beberapa waktu lalu.

Mengenai tanah ambles di Dusun Bayanan, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, lanjut dia, Kesbangpol belum mengetahui secara pasti penyebab bencana itu.

Namun, dia memprediksi tanah ambles itu diakibatkan karena lapisan tanah yang berupa tanah gembur tidak kuat menahan aliran air, sehingga tanah tersebut bergerak dan mengakibatkan retakan dan tanah ambles.

“Kami belum bisa menyebutkan penyebab tanah tersebut bisa ambles, karena itu memerlukan penelitian. Kami telah menggandeng peneliti geologi UNS untuk meneliti tekstur tanah yang ada di Kalijambe dan Sambirejo,” terang dia.

Kepala Desa Jambeyan, Slamet Prabowo, menyampaikan sejak terjadinya bencana tanah ambles yang menimpa dua rumah, Rabu (25/3/2015), kedua keluarga pemilik rumah sudah meninggalkan rumah dan mengungsi di rumah saudaranya.

Saat ini kedua rumah tersebut telah dirobohkan, karena dianggap bisa membahayakan warga.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Sragen, Wangsit Sukono, menambahkan dua warga di Desa Jambeyan yang rumahnya dibongkar akan mendapatkan bantuan dari pemerintah. Selain itu, jika keduanya merupakan keluarga miskin juga akan mendapatkan bantuan rumah tidak layak huni (RTLH).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya