SOLOPOS.COM - Aliran sungai Dengkeng, Klaten. (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

Bencana Klaten mengancam warga karena kondisi Kali Dengkeng semakin kritis.

Solopos.com, SOLO – Sungai Dengkeng yang menjadi anak sungai Bengawan Solo perlu dinormalisasi dalam waktu dekat. Erosi sungai yang terjadi dalam dua tahun terakhir dinilai sudah sangat memprihatinkan sehingga dikhawatirkan memicu bencana Klaten.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Hal itu diungkapkan Camat Bayat, Edi Purnomo, saat ditemui wartawan seusai kegiatan Sosialisasi Tentang Sungai di Pendapa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten, Rabu (25/11/2015).

Saat ini, ancaman terjadinya luapan air dari Sungai Dengkeng sangat tinggi menyusul sudah berlangsungnya musim hujan.

“Sepengetahuan kami, Sungai Dengkeng ini kondisinya semakin luar biasa kritisnya. Pengikisan tanah yang terjadi sudah sangat parah. Bahkan, pekarangan milik warga di Bayat sudah habis terkikis. Saat ini tinggal sertifikatnya saja. Kami pun bingung ingin mengadu ke mana, ke Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) atau ke Kementerian Pekerjaan Umum. Soalnya, keduanya masih saling lempar,” katanya di Pendapa Pemkab Klaten.

Edi Purnomo mengatakan beberapa pekarangan milik warga yang sudah terkikis air Sungai Dengkeng tersebar di tiga desa. Masing-masing desa itu, yakni di Kebon, Jotangan, dan Wiro.

“Yang di Kebon itu, tiga pekarangan [seluas 700 meter persegi] bahkan sudah habis terkikis tahun ini. Tinggal sertifikat tanahnya. Lalu, di Jotangan juga sudah hanyut, kurang lebih ukurannya 10 meter X 10 meter. Untuk di Wiro, saat ini masih dalam proses terkikis. Diperkirakan 1-2 tahun mendatang, tiga pekarangan di sana juga akan habis,” kata dia.

Selain menghadapi ancaman terkikisnya pekarangan warga oleh erosi Sungai Dengkeng, lanjut Edi Purnomo, warga di bantaran Sungai Dengkeng juga waswas lantaran harus mewaspadai ancaman luapan air sungai ke areal pertanian warga.

Beberapa areal pertanian yang terancam terendam banjir, seperti 12 hektare di Kebon, 20 hektare di Wiro, delapan hektare di Tawangrejo, 30 hektare di Talang.

“Kami sudah menyiapkan relawan di berbagai desa di bantaran Sungai Dengkeng. Semoga, ke depan ada langkah nyata dari pemerintah pusat atau BBWSBS,” kata dia.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Klaten, Tajudin Akbar, mengatakan saat ini sedang digagas pembentukan kelompok peduli lingkungan di Kota Bersinar. Hal itu terutama untuk mengatasi berbagai persoalan di sungai, seperti persoalan sampah, erosi sungai, dan yang lainnya.

“Hari ini [kemarin], kami menggelar acara sosialisasi tentang sungai. Saat ini sudah ada embrio untuk mewujudkan kelompok peduli sungai itu. Terutama sungai besar di Klaten, seperti di Pusur, Dengkeng, Woro, dan lain sebagainya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya